I made this widget at MyFlashFetish.com.

Senin, 29 Agustus 2011

True Love Part 6

Maaf kalau ada tulisannya yang salah
Maaf kalau ceritanya jelek
Tetap comment, please
----
HanGeng POV
TokTokTok
Aku mengetuk pintu yang berada didepanku ini tiga kali. Setelah mendapat jawaban dari dalam, aku pun langsung membuka pintu itu dan masuk ke dalam ruangan yang sudah tidak asing untukku. Tentu saja ini ruanganku.
“Mianhe, aku telat bosseu” ujarku setelah menutup pintu dan menundukan kepalaku sejenak.
“Gwenchana”, aku mendekati tempat bosseu dan seseorang yang sudah aku tau siapa itu.
“Annyeong” sapanya ramah seperti biasa.
“Annyeong”.
“Baiklah, aku tinggal ya” ujar bosseu. “Hangeng kerja yang benar. Jangan gara-gara dia cantik, kau jadi tidak focus”.
Sontak kami berdua tertawa kecil.
“Arra, bosseu” jawabku dengan tawaku yang ringan.
Aku lihat bosseu berjalan keluar dari ruanganku.
“Apa tanggapanmu mendengar bosseu mengatakan itu?” tanyanya tepat saat pintu tertutup rapat.
Aku berjalan mendekatinya. Aku pegang salah satu  pipinya. Aku tatap kedua bola matanya lekat-lekat.
“Kau milikku, TaeChul” jawabku serius.
TaeChul hanya dapat diam mendengarkan aku.
“Tidak ada yang berhak melarangku untuk tidak memperhatikan kecantikanmu. Kecantikanmu yang sudah aku miliki. Because, you are mine” jelasku lembut. TaeChul tersenyum sipul namun sangat manis.
Aku mendekatkan wajahku dengan wajah TaeChul. Saat wajahku dan wajah TaeChul hampir akan bertemu, TaeChul mengelak. Dia menoleh ke arah lain.
“Jangan berbuat macam-macam gege” ujar TaeChul imut.
Aku gemas. Aku cubit hidungnya.
“Arra, jagi”, aku pun duduk dibangku yang berhadapan dengannya-dibalik meja. Aku nyalakan computer.
“Lebih baik kita selesaikan dulu, baru kita bermain” ucapku dengan senyum jahilku.
“Kalau begitu aku tidak mau kita cepat selesai” ujar Tae Chul yang melipat kedua tangannya.
“Haha, tenanglah. Aku sudah berjanji bukan” ujarku sambil memainkan kedua alisku.
“Dasar”, aku lihat Tae Chul memperbaiki posisi duduknya.
“Baiklah, ayo kita mulai”, aku sudah siap-siap untuk mengetik.
----
Author POV
“Ada apa?” tanya seorang perempuan bernama Sung Sang Neul kepada lelaki yang duduk berhadapan dengannya.
“Aku akan ke Korea secepat mungkin” jawab lelaki bernama ZhouMi itu.
“Ke Korea?”, terlihat jelas dari wajah Sang Neul bahwa dia terkejut mendengarnya. “Korea Selatan?”.
“Ne, aku harus ke sana”, ZhouMi mengangguk pelan. “Kau mau ikut?”.
“Aku…”, Sang Neul benar-benar bingung ingin menjawab apa. “Aku takut bertemu dengannya”.
“Aku tau. Aku tidak memaksamu” jawab ZhouMi lembut.
Sang Neul mengangkat wajahnya. Melihat wajah tampan ZhouMi yang kini menatap tepat ke kedua bola matanya.
“Aku akan ikut”, begitulah kalimat yang meluncur dari bibir Sang Neul. Terlihat ZhouMi tersenyum sipul.
“Baiklah, aku tau kau tidak akan membiarkan aku pergi sendirian. Apalagi ini ke Korea Selatan” ucap ZhouMi sedikit terkekeh.
“Dasar”.
“Ke Korea Selatan”, Sang Neul melempar pandangannya keluar cafe, menopang kepalanya dengan tangan kirinya. Pikirannya  jauh terbang ke masa lalu. Saat dimana perang dunia ketiga terjadi.
“Apakah aku akan bertemu dengannya? Apakah dia masih membenciku?” gumam Sang Neul tanpa sadar. ZhouMi memegang tangan kanan Sang Neul dan mencium punggung tangan kanannya.
“Akan kita lewati bersama, jika itu terjadi” janji ZhouMi yang tatapan mereka-ZhouMi & Sang Neul-bertemu. “Aku janji”.
Sang Neul tersenyum sipul mendengar janji itu. Ia tau ZhouMi tidak akan mengingkari janjinya itu.
----
Tae Ho POV
Meski pun dia pacar kita, tapi kita tidak berhak melarang pacar kita untuk berhenti menggapai bintangnya yang telah ada sebelum kita jadi pacarnya’.
Kalimat yang diucapkan TaeChul saat itu terus menerus terdengar dikedua kupingku.
Aku menengok ke arah lapangan baskter kampusku. Disana. Dia sedang bermain basket disana. Keringatnya bercucuran membasahi tubuhnya. Napasnya yang tertata rapih kini mulai memburu. Tapi, permainannya masih bagus. Masih lincah. Tidak ada yang jelek sama sekali. Aku suka melihatnya seperti itu. Aku suka melihatnya saat bermain basket. Dia benar-benar terlihat ganteng dengan napas yang memburu dan keringat yang bercucuran. Aku ingin dia bahagia saat mencapai cita-citanya. Tapi, aku juga tidak mau ditinggalkan olehnya. Aku tidak bisa, jika dia tidak berada disisiku. Aku benar-benar tidak bisa. Aku tau aku childist. Aku tau aku egois. Tapi, kini aku berusaha untuk mengalah. Aku tidak mau menghancurkan bintangnya. Aku tidak mau dia pura-pura tidak mempedulikan bintangnya demi aku. Aku tidak mau dia pura-pura membuang bintangnya demi aku. Aku tidak mau seperti itu. Aku ingin melihat dia bersama bintangnya. Aku ingin Minho menggapai cita-citanya. Meski aku harus menunggu.
“Jagi”, aku mendengar suaranya yang sangat aku sukai itu memanggilku. Aku pun menoleh.
“Ada apa? Tumben kesini, kau tidak ada jadwal kuliah bukan hari ini” tanyanya.
“Hanya ingin bertemu denganmu saja, tidak lebih” jawabku yang berdiri dari tempatku duduk.
“Mianhe, oppa” ucapku.
“Mwo? Untuk apa kau meminta maaf kepadaku? Kau tidak punya salah apa pun kepadaku” jelas Minho.
Aku menggelengkan cepat kepalaku. “Aniyo, mianhe, aku terlalu kekanak-kanakan”.
“Childist?”, aku melihat Minho benar-benar bingung dengan perkataanku. Atau dia memang benar-benar tidak mau membahas masalah ini.
Minho, kenapa kau begitu baik kepadaku yang terlalu childist ini?,,, batinku.
“Ne, aku terlalu memaksakan kehendakku. Aku telah memaksamu melupakan bintangmu. Mianhe” ucapku. Tiba-tiba saja aku merasakan tubuh Minho menarikku ke dalam pelukannya.
“Aniyo, gwenchana, TaeHo”, dia membelai lembut rambutku. “Lebih baik aku kehilangan bintangku daripada aku harus kehilangan cintaku. Aku tidak mau kehilangan dirimu, TaeHo. Aku masih bisa hidup tanpa bintangku, tapi aku sama sekali tidak bisa hidup tanpa cintaku”.
Senyumku mengembang mendengar ucapannya itu. Aku melepaskan pelukan Minho itu.
“Tapi, aku tidak mau melihatmu tanpa bintangmu” ucapku. Dia memegang salah satu pipiku. “Aku akan berusaha menerima waktu yang lama, sampai kau datang kembali memperlihatkan bintangmu itu”.
“Otthoke?”, aku dapat melihat Minho terkejut mendengar ucapanku.
“Ne, aku tidak mau melihatmu tanpa bintang yang indah”.
“Apa kau serius?” tanya Minho. Kali ini aku dapat melihat senyum jail diwajahnya. Aku tau dia sedang menggodaku.
“Ayolah, oppa, aku serius!” ujarku.
“Haha, arraseo, jagi”, dia mengacak-acak rambutku pelan.
CUP
Minho mengecup lembut keningku. Setelah itu, dia menarikku kedalam pelukannya. Aku sandarkan kepalaku didada bidangnya. Minho membelai lembut rambutku.
“Gomawo, jagi. Jeongmal gomawo” bisik Minho yang meski tidak dikupingku tapi aku dapat mendengarnya dengan jelas. “Kau terlalu baik untukku. Aku akan benar-benar memanfaatkan kepercayaanmu ini. Aku tidak akan pernah bermain-main. Aku tidak akan pernah membuatmu kecewa. Aku berjanji kepadamu, jagi. Jebbal”.
Aku membalas pelukannya. Pelukannya sangat hangat. Ya, aku akan melepaskannya. Tapi, tidak selamanya. Aku tidak mau jadi seorang pacar yang childist dan egois. Aku harus percaya kepada Minho, karena dari kepercayaan itulah aku percaya bahwa akan menjadi jalan bagi aku dan Minho agar tetap bersama.
----
Donghae POV
Hah,,,
Entah untuk ke berapa kalinya aku menghela napasku berat, karena dia. Memang tubuhku berada disini, namun jiwaku tidak menyatu dengan tubuhku. Karena dia, dan hanya dia yang bisa membuatku seperti ini. Seorang yeoja yang sangat cantik, yang selalu aku beri kehormatan, yang selalu aku kasihi, dan selalu aku jaga perasaanku untuknya. Sebuah nama yang dimiliki oleh seorang yeoja yang adalah dongsaeng-nya Siwon. Choi Si Gem. Ya, Si Gem memang dongsaeng-nya Si Gem. Dan, memang benar kata cantik, selalu aku beri kehormatan, selalu aku kasihi dan perasaan ini memang hanya untuk Si Gem. Si Gem begitu sempurna dimataku. Kini aku tau, bahwa Si Gem sedang bertempur dengan Gem Hyuk. Bagaimana tidak? Gem Hyuk seenaknya saja datang dan menghancurkan semua takdir yang sudah jelas harus dijalankan. Semuanya hancur, karena ke datangannya. Ingin rasanya aku kabur dari tempat ini dan membantu Si Gem melawan Gem Hyuk. Karena aku tau, bahwa pemenangnya adalah Gem Hyuk. Sebab Si Gem adalah keturunannya Gem Hyuk.
Aku melihat ke sekelilingku. Ramai. Namun, tidak terdengar sama sekali suaraku, meski itu hanya satu kata. Disini hanya ada Heechul, Ryeowook, Eunhyuk dan aku. Kami berempat sedang berada didapur. Seharusnya disini ramai dan bukan hanya ada kami berempat, tapi semuanya sudah sibuk dengan kegiatannya masing-masing, yang aku tau semuanya menyangkut pautkan dengan yang namanya ‘cinta’. Aku hanya duduk santai di kursi sambil memegang minuman kalengku dan Ryeowook sedang memasak. Sementara Heechul dan Eunhyuk, mereka berdua dengan asyiknya mencicipi segala masakan Ryeowook. Padahal masakan yang kini Ryeowook masak itu untuk kita semua.
“Hey, Donghae-ah”, tiba-tiba Eunhyuk sudah duduk disampingku dan membuyarkan segala macam lamunanku.
Aku hanya diam dan menengok ke arahnya. Dia tersenyum lebar ke arahku.
Apa jika ingatannya sudah kembali, dia akan tersenyum seperti ini kepadaku?
Apa dia akan bersahabat denganku?
Apa dia tidak akan memerintahku?
Apa dia tidak akan memarahiku, karena aku melakukan sesuatu kepada putrinya?
Kira-kira kapan ingatannya akan kembali?
,,, batinku.
Ya, memang ingatan Eunhyuk hilang. Dan, itu terjadi bukan karena kecelakaan atau apa, melainkan Gem Hyuk-lah yang membuat ini terjadi. Dengan sengaja dia melakukannya. Entah aku tidak tau bagaimana terjadinya. Hilang ingatan, tentu saja membuatnya tidak ingat bahwa dia adalah seorang pangeran yang sangat dihormati. Dan, juga soal Gem Hyuk yang seorang penyihir yang menjadi putrinya. Ingatan Eunhyuk hilang tidak mengganggu takdir yang telah ditulis, tapi ke datangan Gem Hyuk benar-benar mengganggu. Apalagi dia memiliki rencana, yang aku yakini bahwa rencana itu akan menghancurkan segala takdir yang telah ditulis didinding. Dan, aku memiliki firasat bahwa rencanannya itu adalah untuk mengambil Eunhyuk kembali. Ada rasa senang dihatiku, jika itu memang benar. Karena, aku memiliki peluang agar Si Gem jatuh cinta kepadaku. Aku akan membuatnya memiliki perasaan kepadaku, jika firasatku ini benar.
“Ayo, makan!”, aku menggelengkan kepalaku cepat. Lagi-lagi Eunhyuk menyadarkanku dari lamunanku.
Aku pun mengerjapkan mataku berkali-kali. Terlalu lama melamun membuatku bingung harus berkata apa. Setelah sepenuhnya sadar, aku melihat Eunhyuk melihat ke arahku dengan semangkuk ramen yang sudah dapat aku tebak bahwa Ryeowook baru membuatnya.
“Ayo, makan, Donghae-ah!”, aku tersenyum mendengar ujaran Eunhyuk.
“Hyung, ini ramenmu”, terdengar sebuah suara baby voice yang tentu saja itu adalah Ryeowook.
Aku menoleh ke arahnya. Ternyata, Ryeowook sudah duduk didepanku sambil menyodorkan semangkuk ramen kepadaku.
“Arra”, aku menerima ramen itu.
“Siksa haseyo” ujar kami-aku, Eunhyuk, Ryeowook dan Heechul-serempak yang dilanjutkan dengan melahap ramen kita masing-masing.
----
Raemin POV
TokTokTok
Aku ketuk pintu ini tiga kali. Dan, tidak lama pintu itu terbuka. Tanpa komando bibirku membuat sebuah senyuman, saat melihat siapa yang membuka pintu. Seorang namja bertubuh tegap, otot tangannya yang terlihat akibat dari kaos tanpa lengan yang ia pakai, wajah tampan dan kulit putih itu membuatnya semakin menarik dimataku. Mungkin bukan hanya sekarang, tapi selama-lamanya. Ya, siapa lagi kalau bukan Siwon. Choi Siwon. Seorang namja yang benar-benar membuat hatiku tidak dapat berpaling ke orang lain. Hanya dia yang dapat membuat aku lebih diam dari biasanya, jika melihatnya. Membuatku menjadi salting, jika melihatnya tersenyum hanya untuk diriku sendiri. Hanya dia seorang, tidak ada orang lain. Hanya nama Choi Siwon yang bisa, bukan nama lain.
“Hey, Raemin-ah”, aku sadar dari lamunanku saat mendengar suara Siwon.
Aku pun menjadi salting, karena menyadari bahwa sedaritadi aku melamunan didepan orang yang benar-benar aku suka. Bukan tapi aku cintai.
“Annyeong, oppa”, aku pun menganggukkan kepalaku pelan.
Dia tersenyum ke arahku. Senyumnya yang menawan itu hanya tertuju kepadaku kini, tapi sayang bukan aku yang memilikinya. Ingin rasanya menerima kenyataan bahwa aku adalah orang yang memiliki senyumnya itu. Tapi, itu sangat mustahil. Tidak mungkin terjadi.
“Masuk dulu, yuk!”, dengan sopan dia mempersilahkan aku masuk ke dalam rumah.
Aku pun berjalan membututinya masuk ke dalam rumah. Kami berdua berjalan ke arah dapur. Entahlah, seharusnya aku berada diruang tengah, tapi aku hanya mengikutinya saja.
“Annyeong, Raemin”, ternyata didapur ada sudah ada Ryeowook, Heechul, Donghae dan Eunhyuk. Mereka berempat sedang memakan ramen yang tentu saja buatan Ryeowook. Dan, Ryeowook adalah orang yang menyapaku terlebih dahulu.
“Annyeong, oppadeul”, kini hanya aku yang berdiri sendiri diambang pintu. Sementara Siwon, dia sudah berjalan menuju meja makan untuk bergabung makan dengan yang lainnya.
Aku lihat Ryeowook beranjak dari tempat duduknya. Dia mengambil dua buah mangkuk ramen dan membawanya kembali ke meja makan.
“Ayo, makan, Raemin-ah!” ujar Ryeowook yang sudah duduk kembali dimeja makan dan segera memakan kembali ramennya. “Tapi, tolong panggilkan Leeteuk hyung dulu”.
“Arraseo, oppa”.
Tentu saja sebagai yeoja yang sopan aku menuruti kata-katanya. Aku pun segera berjalan menuju kamar Leeteuk. Dia selalu berada di kamarnya, jika sedang hari libur seperti ini.
Belum sempat aku ketuk pintunya, pintunya sudah terbuka terlebih dahulu. Dan, tentu saja Leeteuk yang membukanya. Leeteuk sedikit kaget melihatku, begitu juga denganku. Tapi, aku lebih dahulu sadar. Aku segera menganggukan kepalaku pelan.
“Oppa, mari makan ramen bersama-sama” ajakku.
“Akh, ne”.
Kami berdua pun berjalan menuju dapur, tepatnya ke meja makan. Tentu saja kami bertujuh memakan ramen dengan berbagai canda tawa. Dan, tentu saja yang lebih banyak mengoceh adalah Heechul. Aku tidak banyak bersuara, karena aku memakan ramenku sambil memperhatikan Siwon. Entah benar atau tidak aku merasakan bahwa kini Siwon sedang dalam masalah. Sebenarnya bukan sekarang saja, tapi sudah dari kemarin-kemarin. Tatapan matanya berbeda dari biasanya. Aku takut dia kenapa-napa. Ingin rasanya aku menanyakan keadaannya. Tapi, apadaya diriku ini, aku sama sekali tidak berani. Lagi pula aku yakin bahwa Siwon hanya menganggapku sebagai dongsaeng-nya saja. Tidak lebih, tapi aku akan selalu mengharapkan lebih.
Selesai makan ramen, tentu saja ada yang harus mencuci piring. Memang ingin aku mengajukan diriku untuk mencuci piring, tapi aku malu. Lagi pula mereka semua sudah mempunyai jadwal mencuci piring sendiri. Dan, ternyata sekarang adalah gilirannya Donghae. Tapi, jangan berpikir bahwa Donghae adalah orang yang mencuci pirings saat ini. Melainkan Siwon-lah yang mencuci piring sekarang. Entahlah tidak biasanya. Biasanya Donghae pasti menyuruh HanGeng, tapi berhubung HanGeng tidak ada dirumah, dia menyuruh orang lain. Tapi, ini tidak biasanya dia menyuruh Siwon dan Siwon menerimanya. Padahal, biasanya Siwon paling malas dengan masalah dapur, tapi kali ini tidak. Dan, perasaanku makin kuat, bahwa Siwon sedang dalam masalah.
Kini aku, Heechul, Ryeowook, Donghae, Eunhyuk dan Leeteuk sudah berada diruang tengah. Heechul, Ryeowook, Donghae dan Eunhyuk, mereka berempat sedang asyik bermain kartu. Sedangkan Leeteuk, dia sedang sibuk dengan laptopnya, yang tentu saja dia sedang mengerjakan tugas kantornya. Sementara aku, aku hanya dapat diam menonton TV atau sesekali melihat Heechul, Ryeowook, Donghae dan Eunhyuk bermain kartu sambil tertawa, karena yang kalah akan dicoret dengan bedak basah. Tapi, pikiranku saat ini tidak sedang berada disini. Pikiranku berada didapur. Tempat dimana Siwon kini berada.
Aku melihat ke arah 5 namja yang berada disini. Mereka sudah sibuk dengan aktifitas mereka sendiri, tidak ada yang mempedulikan aku. Dan, aku pun segera beranjak dari tempatku menuju ke dapur, berusaha agar tidak diketahui 5 namja ini.
----
Author POV
Memang menurut Raemin tidak ada yang menyadari bahwa dia beranjak dari ruang tengah menuju dapur. Tapi, itu salah besar, sebab Donghae menyadari itu. Dan, kini dia tersenyum aneh. Dia terus melihat punggung Raemin yang makin menjauh, hingga dia tidak menyadari bahwa kini giliran dia untuk bermain.
Langkah Raemin kini menuju ke sebuah pintu kaca yang berada didapur yang dapat langsung ke halaman belakang. Apalagi tujuannya kalau bukan untuk menemui Siwon. Siwon memang sudah selesai mencuci piring daritadi. Senyum manis tentu saja terbentuk dibibir Raemin. Ya, apalagi kalau bukan, karena melihat namja yang disukainya itu. Kini Siwon berdiri menyandar dibatang pohon besar, melipat kedua tangannya didepan dada bidangnya, memejamkan kedua matanya dan membiarkan rambut hitam legamnya diterpa oleh angin. Tanpa disadari oleh Raemin tangan kanannya membuka pintu kaca itu dan kedua kakinya itu melangkah mendekati Siwon. Bukan karena reflek atau apa, tapi karena sihir yang dilakukan oleh Donghae yang mengintip mereka berdua-Raemin&Siwon.
Raemin sadar dengan dimana dia kini berada. Tepat disamping Siwon. Wajahnya pun memanas, karena wajah Siwon makin terlihat ganteng, jika dilihat dari posisi dekat ini. Siwon sadar bahwa ada orang didekatnya pun segera berdiri tegap, menurunkan kedua tangannya dan tentu saja membuka kedua matanya.
“Hey, Raemin-ah”.
Raemin pun hanya dapat tersenyum menatap Siwon berusaha menghilangkan rasa gugup yang menyergap dirinya.
“Sejak kapan kamu berada disini?” tanya Siwon.
“Akh, baru saja” jawab Raemin. “Mianhe, aku mengganggu, oppa”.
“Akh, aniyo. Kau sama sekali tidak menggangguku. Tenang saja” elak Siwon. Ya, memang Siwon sama sekali tida merasa terganggu, jika Raemin datang disaat dia patah hati seperti ini.
“Kau mau menemaniku?” tawar Siwon.
“Kalau tidak mengganggu oppa” jawab Raemin yang tentu saja kaget mendengar tawaran Siwon barusan. Tapi, sekaligus senang.
Siwon langsung duduk dibawah pohon, sementara Raemin tetap berdiri tegap. Siwon pun menarik salah satu tangan Raemin, menyuruhnya untuk duduk disampingnya. Raemin pun menurut.
“Ada apa, oppa?” tanya Raemin. Siwon menoleh ke arah Raemin.
“Mianhe, kalau aku lancang”, Raemin menundukan kepalanya. Memainkan jari-jarinya. “Aku merasa oppa sedang ada masalah. Sikap oppa berbeda dari biasanya”.
“Berbeda? Apanya yang berbeda?” tanya Siwon.
“Mollayo”, Raemin mengangkat kedua bahunya dan tetap menundukan kepalanya. “Terlihat jelas dari tatapan oppa. Aku merasa berbeda. Tapi, tidak juga. Pokoknya aku merasa oppa berbeda dari biasanya”.
Terlihat jelas dari semua kalimat yang diucapkan oleh Raemin, bahwa dia salting.
“Haha”, Siwon tertawa renyah.
Tiba-tiba tanpa sihir yang digunakan Donghae sekali pun, Siwon merangkul Raemin. Mendekatkan tubuh Raemin dengan tubuhnya. Dia menaruh dagunya diatas kepala Raemin, dan kini kepala Raemin tepat berada didada bidang Siwon. Raemin pun kaget dan wajahnya benar-benar memerah.
“Kenapa kau bisa merasakan itu?” tanya Siwon lembut. Sangat lembut.
Raemin hanya diam. Dia tau Siwon sedang butuh teman curhat. Dia pun hanya dapat mendengarkan Siwon. Dan, dia pun juga menikmatinya, karena dia dapat menghirup aroma tubuh Siwon dari dekat dan merasakan dada bidang Siwon.
“Kau benar. Aku memang sedang dalam masalah. Masalah yang sulit untuk aku pecahkan. Masalah yang membuat hatiku hancur. Membuat aku menjadi aneh” ucap Siwon. Lalu, Siwon menjauhkan tubuh Raemin. Raemin sedikit kecewa, namun dia sadar dengan statusnya. Dia pun hanya dapat menerimanya saja dengan lapang dada.
“Tapi, tidak ada yang menyadari itu. Hanya kau dan seorang yeoja lainnya” ucap Siwon sambil menyingkirkan beberapa helai rambut Raemin yang menghalangi wajah cantiknya.
Wajah Raemin memerah. “Apa masalah, oppa?”.
Salah satu tangan Siwon kini berada tepat dikepala Raemin. “Aku akan menceritakannya ¸jika aku sudah sanggup. Kini aku belum sanggup. Namun, aku janji, kau yang akan aku ceritakan pertama kali. Dan, hanya kau yang akan aku beritahu. It’s my promise”.
“Aku pegang janji, oppa”, tanpa sadar Raemin mengucapkan kalimat itu yang membuat senyum manis dibibir Siwon.
“Arra”.
Donghae yang melihat pemandangan itu hanya dapat tersenyum manis. Ya, meski dia sama sekali tidak mendengar percakapan mereka berdua, karena jarak yang cukup jauh. Namun, dia tau bahwa sebentar lagi Siwon akan menyadari ada orang yang lebih mencintainya dengan tulus. Dan, Siwon akan sadar dengan perasaannya yang sebenarnya kepada Raemin. Sebentar lagi.
----
Yesung POV
Hah,,,
Kembali aku menghela napasku berat. Entah untuk ke berapa kalinya. Kini aku berdiri menyandar di pintu mobilku. Mobil berwarna hitam yang aku sayang. Mobil yang selalu aku pakai untuk balapan. Dimana aku selalu mendapatkan uang, jika melakukan hal itu. Ya, balapan sudah menjadi hobi dan pekerjaanku. Dan, kini balapan juga yang membuat hubunganku dengan HaKyu berantakan.
“Yesung-sshi, sebentar lagi” ujar Jonghyun, lawan balapku kali ini.
Aku mengangkat wajahku, melihatnya. Kini dia berdiri dihadapanku sambil menunjuk-nunjuk jam tangannya. Aku hanya dapat tersenyum sipul sambil mengangguk pelan. Tatapanku benar-benar sayu. Melihatnya yang kini berjalan menjauhiku.
Aku melirik ke arah jam tangan yang aku pakai. Lima belas menit lagi tepat jam 3 sore. Waktu dimana aku dan Jonghyun akan melakukan balapan. Balapan dimana hadiahnya sangat aku inginkan.
Sepuluh menit sudah berlalu, kini hanya menunggu lima menit lagi. Balapan ini akan segera dimulai. Aku melihat ke arah mobil yang berada tepat disamping mobilku. Mobil Jonghyun. Dia dengan tenang menunggu waktu tiba sambil memainkan iPhone-nya. Sementara aku, aku gelisah. Aku sadar dengan ancaman yang harus aku lewati. Bertanding dengan Jonghyun hampir sama dengan kita melawan sang pencabut nyawa. Waktu tinggal 3 menit lagi, aku melihat ke sekelilingku. Dia tidak datang, dan tidak akan pernah datang. Ya, aku memang mengharapkan ke datangannya. Ke datangan belahan jiwaku. Ke datangan kekasihku tercinta. Lee Ha Kyu. Lama sudah aku menunggu, aku pun segera berjalan menuju pintu mobilku.
KLEK
“Yesung oppa”.
Bersamaan dengan aku membuka pintu mobil ini, aku mendengar sebuah teriakan yang aku tunggu-tunggu. Aku pun segera menghadap ke sumber teriakan. Terlihat orang yang aku tunggu-tunggu, dia sudah berdiri dihadapanku dengan nafas yang benar-benar memburu. Rambutnya yang terurai bebas sedikit berantakan. Aku pun merapihkan rambutnya dengan salah satu tanganku.
“Oppa, aku mohon!”, wajahnya benar-benar memohon. Kedua matanya yang indah benar-benar membuat hatiku tidak tega. Tapi, percuma saja aku tetap dengan pendirianku.
“Mianhe, jagiya” ucapku penuh salah.
“Tap…”.
Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya aku langsung mencium bibirnya. Lama.
TIN…TIN…
Aku mendengar klakson yang dibunyikan oleh Jonghyun. Aku pun melepaskan ciumanku ini. Aku menatapnya dalam-dalam.
“Tunggulah disini. Lihatlah hasilnya nanti. Aku akan memberikanmu hadiah yang kau mau. It’s my promise” jelasku dan langsung masuk ke dalam mobil.
Tanpa membiarkan waktu kepada HaKyu untuk berkata sepatah kata pun, pertandingan ini dimulai.
----
Giy Yun POV
Aku berjalan seirama dengan langkah TaeSi. Tidak ada yang bersuara diantara kita berdua. Kami berdua mendengarkan music dari earphone kita masing-masing dan dengan kedua tangan yang membawa barang bawaan kami. Ya, kami habis berbelanja, sebenarnya sih tidak terlalu banyak. Hanya snack-snack saja. Ini pun juga bukan hanya untuk kami saja, ada untuk oppadeul. Inilah rutinitas kami. Seharusnya kami membawa mobil, tapi apa boleh buat mobilnya dibawa oleh HaKyu, TaeHo dan NanHae. Memang malang nasib kita berdua. Kami berjalan melewati taman yang dekat dengan cafe yang biasa aku datangi bersama dengan Kyuhyun. Mengingat-ingat Kyuhyun selalu membuatku tersenyum tidak jelas. Saat melewati taman, aku melihat seseorang sedang berusaha untuk berdiri. Wajahnya babak belur. Aku tidak merasa asing dengan wajahnya. Aku pun segera menarik tangan TaeSi untuk mendekatinya. TaeSi kaget, namun tetap mengikuti.
“Mianhe”, aku memanggilnya.
Orang itu mengangkat wajahnya. Aku benar-benar kaget melihat wajahnya. Tanpa sengaja aku menjatuhkan barang belanjaanku.
“Kibum oppa? Waeyo? Gwenchanayo?”, aku benar-benar khawatir.
Kibum, orang yang benar-benar sudah aku anggap sebagai oppa-ku sendiri kini babak belur. Darah terus mengalir deras dari hidungnya. Sudur bibirnya pun juga terdapat darah yang sudah mengering. Pipinya pun berwarna ungu.
“TaeSi cepat berhentikan mobil” suruhku.
TaeSi yang tidak tau apa-apa pun hanya dapat menurut. Sementara menunggu TaeSi, aku pun berusaha menolong Kibum yang berusaha menghentikan darahnya yang masih saja mengalir.
“Ada apa, Giy Yun?”, aku mendengar suara NanHae.
Aku pun menengok. Ternyata benar NanHae, dialah orang yang mobilnya diberhentikan oleh TaeSi. Untunglah. Tapi, tiba-tiba wajah NanHae langsung berubah.
“Bummie oppa”, dia langsung berteriak tidak jelas.
Kini dialah yang membersihkan darah Kibum. Aku pun juga tidak mau tinggal diam, aku turut membantu. Sementara TaeSi, dia hanya dapat diam melihat kami bertiga.
“Cepat bawa ke mobil” ujar NanHae.
Aku dan TaeSi pun memapah Kibum masuk ke dalam mobil sedan putih itu. Mobil ini melaju cepat ke rumah Kyuhyun dan teman-temannya, karena rumah merekalah yang lebih dekat dari sini. Sementara rumah kami, jangan ditanya. Sangat jauh.
----
Author POV
“Cepat-cepat”, NanHae benar-benar khawatir.
Sesampainya dirumah itu, semuanya turun dari mobil. Giy Yun dan NanHae memapah Kibum masuk ke dalam rumah. Karena, sepertinya kakinya sedikit keseleo. Mereka berdua benar-benar khawatir dengan keadaan Kibum. Sementara TaeSi hanya dapat mengikuti, dialah yang membawa semua belanjaan sendirian.
“Hey, ada apa ini?” tanya Leeteuk yang sepertinya sedikit protes melihat ke datangan mereka tiba-tiba tanpa salam ke ruang tengah. Dan, kini telah menyuruh Kibum duduk disampingnya.
“Hey, nuguseyo?”, permainan Donghae, Eunhyuk, Ryeowook dan Heechul pun berhenti. Mereka berempat ditambah dengan Leeteuk pun bertanya-tanya siapa namja yang berwajah babak belur ini.
“Oppa, aku akan menceritakannya nanti. Tapi, tolong sekarang ambilkan air dan handuk basah, betadine juga ya” ucap NanHae.
Yang bergerak menuruti ucapan NanHae adalah Leeteuk, ya biasanya itu Ryeowook. Namun, kini Ryeowook berdiri disamping TaeSi dan membantunya membawa belanjaan dan meminta penjelasan siapa namja itu. Dan, ya TaeSi pun menceritakan sesuai dengan yang dia tau.
“Oppa, kenapa oppa  bisa seperti ini?” tanya NanHae yang benar-benar khawatir.
“Siapa yang berani bikin oppa seperti ini?” tanya Giy Yun yang tidak kalah khawatirnya.
“Ceritakanlah kepada kami” ucap Giy Yun lagi.
“Ne, beritahu siapa orangnya, nanti akan aku suruh Sungmin oppa, HanGeng oppa dan Siwon oppa untuk menghajarnya” tambah NanHae. “Ne”.
Kini mereka berdua benar-benar memberikan Kibum berbagai macam pertanyaan tanpa memberi waktu kepada Kibum untuk menjawab. Mereka berdua bertanya sambil mengobati luka-luka Kibum. Sementara Eunhyuk, Donghae, Leeteuk, Heechul, TaeSi dan Ryeowook, mereka berenam hanya dapat diam berdiri melihat drama yang dimainkan secara asli oleh teman-teman mereka itu.
“Hey, ada apa ini?”, tiba-tiba Siwon yang datang bersama dengan Raemin.
Semua mata pun menuju ke arah mereka berdua, tidak terkecuali Kibum, NanHae dan GiyYun. Siwon dan Raemin yang bingung, karena tiba-tiba suasana menjadi diam. Mereka berdua melihat ke sekitar mereka. Serentak mereka berdua kaget melihat Kibum yang babak belur seperti itu. Dan, mereka pun langsung berlari ke arah Kibum.
“Kibum oppa, gwencahanayo? Waeyo?”, kini Raemin sama khawatirnya dengan NanHae dan Giy Yun.
“Kibummie, waeyo? Kenapa kau bisa seperti ini, hah?”, Siwon pun tidak kalah khawatirnya. Sementara Kibum, dia hanya dapat tersenyum melihat keempat orang yang dia kenal kini khawatir dengan keadaannya.
“Hey-hey, apa-apaan ini. Aku benar-benar bingung ada apa yang terjadi disini. Jangan mendiamkan kita begitu saja. Tolong ceritakan kepada kita. Siapa dia”.
Kini sang ‘Queen Of Evil’-lah yang berbicara. Dan, tentu saja NanHae, Giy Yun, Raemin dan Siwon  wajib menjawabnya, jika tidak mau kena omelan lebih lanjut dari Heechul.
“Namanya Kim KiBum, oppa. Dia oppa dari muridku, Kim Sunri” jawab Raemin.
“Mwo? Jadi kau kenal dengan Sunri?”, NanHae kaget mendengar jawaban Raemin. Dia tidak menyangka bahwa Raemin juga kenal dengan Sunri. “Oppa, kau jahat sekali. Katanya mau memperkenalkan Sunri-ah kepada aku, tapi kini malah dongsaeng-ku yang mengenalnya. Kau benar-benar jahat”.
NanHae mengomel-ngomel kepada Kibum yang hanya ditanggapi dengan tawa ringan Kibum.
“Sudahlah kalau mau bertanya nanti saja, kalian lebih baik jelaskan dulu kalian kenal namja ini darimana?” usul Leeteuk. Yang mendapat anggukan dari Eunhyuk, Donghae, Ryeowook, TaeSi dan Heechul.
“Kibum oppa adalah teman main gameku. Dialah yang menjadi couple-ku di char baruku” jawab Giy Yun. Donghae yang mendengar jawaban dari Giy Yun pun tersenyum aneh.
“Kibum oppa adalah keluargaku di Amerika. Dialah yang menampungku selama di Amerika. Aku dan dia tinggal di hotel yang sama. Namun, berbeda kamar. Karena, sama-sama dari Korea Selatan, tentu saja kami menjadi dekat”, kali ini NanHae-lah yang menjawab.
“Lalu, bagaimana denganmu, Siwonnie?” tanya Heechul saat semuanya langsung diam, menunggu jawaban Siwon.
“Sama seperti NanHae. Saat aku berada di China, selain bertemu dengan HanGeng hyung, aku juga dengan Bummie. Dan, aku satu hotel dengan Bummie. Oleh sebab itu aku lebih dekat dengan Bummie, daripada dengan HanGeng hyung” jelas Siwon sambil menengok ke arah Kibum dan Heechul secara bergantian.
“Jadi begitu. Lalu, bagaimana keadaanmu, Kibum? Kau babak belur seperti itu” tanya Leeteuk yang melihat ke arah Kibum.
“Gwenchanayo. Namanya juga seorang namja, wajar kalau seperti ini” jawab Kibum santai yang justru membuat yang mendengarnya makin cemas.
“Hey, ada apa ini?”.
Tiba-tiba suara itu terdengar mendekat ke arah ruang tengah. Dua orang namja berjalan berdampingan masuk ke ruang tegah. Semua mata pun tertuju kepada mereka. Dua orang namja yang menjadi pasangan roommate paling aneh, akur dan perhatian ini siapa lagi kalau bukan Sungmin dan Kyuhyun. Sungmin dan Kyuhyun benar-benar tidak dapat menyembunyikan rasa kagetnya saat melihat NanHae dan Giy Yun duduk mengapit Kibum yang babak belur akibat mereka berdua.
“Kibum”, bibir mereka berdua mengucapkan nama itu tanpa sepatah kata pun.
Sementara yang lainnya (kec. Kibum dan Donghae), merasa bingung dengan dandanan Kyuhyun dan Sungmin yang seperti menutupi identitas mereka. Lalu, Kibum, dia hanya dapat tersenyum licik melihat ke arah Kyuhyun dan Sungmin yang benar-benar kaget melihat dirinya. Donghae, dia yang memang  sudah tau ini akan terjadi pun hanya dapat tersenyum licik seperti Kibum. Namun, tidak selicik Kibum.
“Oppa”, NanHae dan Giy Yun menganggukan kepalanya pelan saat tatapan mereka berdua bertemu dengan tatapan Sungmin dan Kyuhyun.
“Dia…”, Sungmin yang lebih cepat sadar dengan keadaan pun berpura-pura tidak mengenal Kibum. Sementara Kyuhyun, ia menggelengkan kepalanya cepat.
“Dia ini Kibum oppa, teman main gameku. Dialah yang menjadi couple-ku di chart baruku”, Giy Yun ketakutan menjelaskan semuanya yang tentu saja bukan untuk menjawab pertanyaan Sungmin, tapi untuk memberitahu Kyuhyun.
Kyuhyun hanya dapat tersenyum hambar mendengarnya. Sementara Sungmin, ia menunggu-nunggu penjelasan dari NanHae. Tapi, NanHae sama sekali tidak mengerti. Dia hanya tersenyum melihat Sungmin, karena setelah dia pulang kembali ke Korea dia belum pernah melihat Sungmin. Padahal, dia sangat ingin melihat Sungmin.
“Aw”.
Tiba-tiba Kibum berteriak, semuanya pun melihat ke arahnya. Ternyata, tanpa sengaja Kibum memegang luka lembabnya. Dan, sebenarnya itu bukan tidak disengaja, melainkan disengaja. Ya, Kibum tidak suka suasana diam seperti ini. Dan, dia pun juga ingin melanjutkan permainan yang dia buat.
“Oppa, lebih baik kita obati dulu luka-lukamu itu ditempat lain” ujar NanHae yang berdiri dari tempat duduknya. Menarik salah satu tangan Kibum. Giy Yun pun juga begitu.
Mereka bertiga pun berjalan keluar dari ruang tengah. Semuanya pun melihat ke arahnya. Tidak lama mereka bertiga masuk ke dalam dapur, Donghae, TaeSi dan Ryeowook berjalan menyusuli mereka bertiga.
----
Donghae POV
“Biar kami saja yang mengobati Kibum” ucap TaeSi menghentikan langkah NanHae, GiyYun dan Kibum.
GiyYun, NanHae dan Kibum hanya diam melihat ke arah kita bertiga yang menghentikan langkah mereka.
“Sepertinya aku melihat Kyuhyun-sshi dan Sungmin-sshi ingin berbicara denga kalian berdua. Lebih baik cepat datangi mereka berdua, GiyYun, NanHae”.
Belum sempat aku berbicara, Kibum sudah buka suara. Dia menengok ke arah NanHae dan GiyYun secara bergantian. Aku mengeryitkan jidatku, nampaknya dia mengerti dengan keadaan sekarang. Dan, sepertinya dia menyembunyikan sesuatu. Dan, jangan salahkan aku, jika aku semakin yakin bahwa Kyuhyun dan Sungmin ada hubungannya dengan luka-luka Kibum ini.
“Arraseo”.
Nampaknya GiyYun dan NanHae benar-benar menyayangi dan patuh terhadap Kibum. Mereka segera berjalan memasuki ruang tengah kembali. Aku tau apa yang mereka lakukan. Dan, aku tidak mau memikirkannya, biarkanlah waktu terus berjalan.
Aku, TaeSi dan Ryeowook pun segera berjalan menuntun Kibum masuk ke dalam dapur. Dan, tentu saja kami bertiga mengobati Kibum.
----
Kyuhyun POV
GiyYun memanggilku dan membawaku ke teras rumah. Jujur saja aku merasa sedikit takut sekarang. Aku takut ketahuan bahwa aku adalah pelaku dari aksi pemukulan Kibum. Dan, aku pun juga mencemaskan Sungmin, karena aku lihat dia juga dipanggil oleh NanHae dan mereka berdua berjalan menuju taman belakang.
Aku berdiri menyandar di dinding, sementara dia hanya berdiri didepanku menundukan kepalanya. Perasaan tidak enak terus menyergap tubuhku. Pikiran negative pun juga begitu. Aku benar-benar berharap agar pikiran negative ini hanya sebatas pikiran, tidak akan pernah terjadi.
Apa Kibum sudah mengetahui yang sebenarnya?
Itu mungkin saja.
Apa Kibum sudah memberitahu yang sebenarnya kepada GiyYun?
Aku harap belum, dan tidak akan pernah ia beritahu.
Sungguh aku tidak mau, jika aku harus putus dengannya.
Sungguh aku tidak mau itu terjadi, aku benar-benar membutuhkannya.
Aku benar-benar mencintainya, hanya dia yang aku cintai.
Hanya dia seorang, tidak ada yang lain.
Perasaan ini tidak akan pernah terbagi.
Seutuhnya perasaan ini hanya untuk, Lee Giy Yun.
,,,batinku dengan perasaan cemas yang melanda diriku.
“Kyuhyun oppa…”, dia mengangkat wajahnya menatapku. Aku usahakan diriku ini untuk tersenyum dan tidak membuat Giy Yun curiga.
Giy Yun tidak melanjutkan kalimatnya. Dia menutup mulutnya rapat-rapat dan membuang wajahnya dariku. Jujur saja jantung ini benar-benar berdebar-debar, napas ini tidak beraturan dan sedikit keringat langsung membasahi diriku.
Sekitar 5 menit kemudian, Giy Yun menatapku kembali. Dia menarik napasnya dalam-dalam. Dia membuka mulutnya.
“Lee Giy Yun, sarangheyo”.
Entahlah aku tidak tau harus berbuat apa lagi, aku langsung mengucapkan kalimat itu dan menarik tubuh Giy Yun ke dalam pelukanku. Aku merasakan tubuhnya menegang saat menerima sikapku yang tiba-tiba ini. Aku hanya dapat tersenyum kecut dan lebih mempererat pelukanku.
“Lee Giy Yun, sungguh hanya kau yang berada didalam hatiku. Aku sama sekali tidak bisa, jika tidak ada dirimu. Hanya kau seorang yang dapat membuatku semangat untuk bernapas. Hanya dirimu yang bisa memberikanku oksigen. Sungguh, aku benar-benar mencintaimu. Saranghamnida, Lee Giy Yun” ucapku panjang lebar tepat di salah satu kupingnya.
Aku merasakan Giy Yun membalas pelukanku. Dia membenamkan kepalanya didadaku. Aku merasakan dadaku memanas. Apa dia menangis?
“Nadoo, oppa” ucapnya pelan.
Aku benar-benar senang mendengar ucapannya yang lembut itu. Sungguh.
“Mianhe, jeongmal mianhe, oppa”, dia kembali bersuara dan kini aku kaget dan tidak mengerti dengan ucapannya.
“Aku hanya mencintaimu, Kibum oppa hanya sebatas oppa-ku saja. Tidak lebih. Aku berpacaran dengannya di dunia maya, bukan berarti aku mencintainya. Cinta ini hanya untuk oppa seorang. Tidak terbagi sama sekali. Sungguh, ini tidak bohong, oppa”.
Aku tersenyum lembut mendengar penjelasannya itu. Aku sekarang mengerti dengan jelas suasana yang kini kami berdua rasakan. Kami berdua sama-sama menyangka bahwa salah satu dari kami akan meminta putus, dan itu tidak terjadi. Aku benar-benar senang. Aku tidak akan pernah menyia-nyiakan Giy Yun. Tidak akan pernah.
----
NanHae POV
Kini aku dan Sungmin berada ditaman belakang. Kami berdua berdiri dibawah pohon yang besar. Sungmin menyandarkan tubuhnya dibatang itu, dia melipat kedua tangannya didepan dadanya. Jujur aku tidak tau harus berbuat apa. Aku sama sekali tidak tau.
“NanHae”, aku mendengar suara lembutnya memanggilku.
Aku hanya menurut. Aku angkat kepalaku yang aku tundukan. Sungmin melihat ke arahku. Dia menatapku tajam.
“Kibum, siapa dia?” tanya Sungmin.
Jangan terbang dulu, Lee NanHae.
Sungmin oppa bertanya seperti itu hanya ingin tau saja, bukan cemburu kepadamu.
Sungmin oppa tidak mungkin cemburu kepadamu.
Aku tidak pantas untuk membuat oppa cemburu.
Sama sekali tidak pantas
,,, batinku. Aku tersenyum kecut. Aku menepis segala hal yang aku tau akan membuatku senang. Lebih baik aku tidak senang sama sekali, dari pada nantinya harus terjatuh. Dan, aku tau itu akan jauh lebih sakit.
“Kibum oppa adalah keluargaku di Amerika. Dialah yang menampungku selama di Amerika. Aku dan dia tinggal di hotel yang sama. Karena, sama-sama dari Korea Selatan, tentu saja kami menjadi dekat” jawabku.
Aku melihat Sungmin menatapku lebih tajam dari yang tadi. Dan, jujur saja itu membuatku sedikit takut.
“Ekh, tapi aku dan Kibum oppa berbeda kamar”, tiba-tiba kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutku.
Sungmin tersenyum manis mendengar ucapanku barusan. Aku pun membelalakan kedua mataku. Aku tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan barusan. Aku membuang wajahku dari tatapan Sungmin. Aku menggerutu sendiri dalam hati.
Akh, kau babo, Lee NanHae
Kenapa kau mengucapkan kalimat itu, hah?
Kau itu benar-benar tidak tau malu
Mana mungkin Sungmin oppa mencintaimu
,,, batinku dengan mataku yang memanas.
“Lee NanHae, tatap aku!”.
Tiba-tiba aku mendengar Sungmin kembali bersuara. Dan, entahlah aku mendengar suaranya kini lebih dekat denganku. Aku pun menarik napasku dan menengok ke arah Sungmin. Kaget, tentu saja. Kini Sungmin sedang berlutut didepanku bagaikan seorang pangeran yang akan melamar putrinya. Aku benar-benar tidak enak, jika dia seperti itu. Aku tidak mau terbang, lalu jatuh.
Sungmin menarik tangan kananku. Dia menggenggam tanganku lembut dan kuat. Seakan tidak ingin melepaskannya sama sekali. Dalam hati aku berdoa terus berdoa agar Sungmin segera berhenti bertingkah seperti ini dan bangun. Aku tidak mau, tidak mau terbang dan jatuh. Aku tidak mau nantinya harus merasakan sakit yang amat.
CUP
Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang Sungmin lakukan. Dia mencium punggung tangan kananku lembut. Benar-benar lembut. Setelah itu, Sungmin mengangkat kepalanya dan menatapku lembut.
“Sarangheyo, NanHae. Saranghamnida, Lee NanHae”.
Aku membelalakan kedua mataku saat mendengar apa yang dia ucapkan. Aku tidak percaya. Benar-benar tidak percaya. Mana mungkin seorang Lee Sungmin mencintaiku. Itu tidak mungkin.
“Oppa, please, jangan bercanda. Aku tidak mau sekarang terbang, karena apa yang oppa ucapkan. Tapi, nantinya jatuh, oppa. Itu akan terasa sangat sakit, oppa. Aku mohon”, dengan sedikit rasa takut aku mengungkapkan semuanya.
Sungmin menggelengkan kepalanya pelan. “Aku tidak bercanda sama sekali, NanHae. Aku benar-benar mencintaimu. Dari dulu aku menyimpan rasa ini rapat-rapat, karena aku pikir aku tidak pantas untukumu. Namun, kini aku sadar pantas tidak pantas kau menjadi milikku itu tidak usah aku pikirkan. Jika terus aku pikirkan, aku akan terus merasakan sakit. Oleh sebab itu, sekarang, hari ini, jam ini, menit ini, detik ini juga, aku ingin kau tau bahwa aku benar-benar mencintaimu, Lee NanHae”.
Aku benar-benar tidak percaya. Benar-benar tidak percaya.
“Jinja?”.
Sungmin mengangguk mantap. Dan, itu membuat aku tersenyum manis. “Nadoo, oppa”.
Tiba-tiba Sungmin menarikku ke dalam pelukannya. Aku merasakan tubuhku sedikit menegang. Namun, aku langsung mengendalikan diriku. Dan, segera membalas pelukan Sungmin.
----
HanGeng POV
BUGH
Heechul menonjokku kuat-kuat dan membuatku tersungkur dilantai.
“Heechul-ah”, Leeteuk langsung menarik Heechul menjauh dariku bersama dengan Siwon.
Donghae dan Ryeowook mendekatiku. Mereka berdua membantuku berdiri.
“Kendalikan emosimu, hyung”, Sungmin menghalangi Heechul yang hampir berjalan mendekatiku.
“Kau itu apa-apaan, HanGeng, hah? Kau sudah tau bahwa TaeChul itu sama sekali tidak kuat dingin, tapi kau membiarkan dia hujan-hujanan. Kau ini benar-benar ya…” bentak Heechul yang hampir lolos dari Siwon, Leeteuk dan Sungmin. Namun, tetap gagal karena Kyuhyun ikut membantu.
“Apa-apan kalian ini, hah?” bentak Heechul yang aku tau emosinya sudah tidak terkendali.
“Kalian semua tau kalau HanGeng adalah orang yang salah, tapi kalian masih melindungi HanGeng, cih”, kali ini Heechul mendorong tubuh Leeteuk, Sungmin, Kyuhyun dan Siwon satu persatu.
BRUK
Heechul memojokan Leeteuk hingga punggung Leeteuk menabrak keras dinding. Dia menjepit Leeteuk.
“OPPA”, semua perempuan yang ada disini tidak bisa melakukan apa-apa. Kita semua tau bagaimana sifat Heechul.
“Hey, Leeteuk hyung, kau harusnya membelaku. Kau juga mempunyai seorang dongsaeng tentu saja kau tidak maukan, jika ini terjadi kepada Ji Sun. Iya,kan?”, Heechul benar-benar membentak Leeteuk.
Leeteuk hanya diam menatap Heechul yang sudah tidak terkontrol.
“Oppa”.
BUGH
Kami semua sudah ketakutan saat melihat Heechul melayangkan tonjokannya. Namun, Heechul tidak menonjok Leeteuk. Tonjokannya menuju dinding yang membuat tangan kanannya berdarah.
“Heechul-ah”, aku berjalan menuju Heechul yang sudah menjauh dari Leeteuk.
Heechul menepis tanganku dengan kasar saat tanganku ingin memegang tangan kanannya itu yang mengeluarkan darah segar. Heechul menatapku tajam. Kini kami berdiri berhadapan.
“Heechul-ah, kendalikan emosimu. Masalah tidak akan pernah selesai, jika emosi meledak-ledak” ceramah Leeteuk.
“Dinginkan kepalamu, hyung”, kali ini adalah suara Sungmin.
Heechul mengangkat tangan kanannya. “Shut Up”.
Berhasil, semuanya telah membungkam mulutnya rapat-rapat. Kini tatapan Heechul benar-benar tajam. Dia menujuk ke arahku dengan jari telunjuk kanannya.
“Kau sebenarnya ada apa dengan TaeChul, hah?” ujar Heechul meski tidak membentak tapi nadanya tajam.
Aku menggigit lidahku. Membuat diriku agar tidak jujur kepada Heechul atau mungkin diam saja cukup.
“Heechul, kau apa-apaan sih. Kau taukan HanGeng tidak mungkin berpacaran dengan TaeChul” ujar Leeteuk.
“Aku bertanya kepada dia, hyung”, Heechul melirik tajam Leeteuk. Dan, langsung kembali menatapku tajam.
“Jujur padaku, ada hubungan apa kau dengan TaeChul?” tanya Heechul tetap dengan nada tajamnya.
KLEK
Pintu kamar Heechul terbuka dan itu aku anggap sebagai jalan dari surga. Aku selamat dari Heechul. Aku tidak perlu berbohong kepadanya. Seorang dokter bersama dengan TaeSi keluar dari kamar Heechul. Ryeowook mengantarkan dokter itu keluar. Semetara TaeSi, dia langsung kami kerubungi. Kecuali Heechul. Dia langsung menerobos masuk melihat keadaan TaeChul.
“Bagaimana keadaan TaeChul?” tanyaku terlebih dahulu. Wajar kalau aku khawatir dengan keadaan TaeChul, dia adalah yeojachingu-ku.
“Eonnie tidak apa-apa, anemianya kambuh dan kondisi fisik eonnie juga sedang tidak baik. Jadi, eonnie pingsan, karena kondisi fisiknya makin lemah. Hanya butuh beberapa hari istirahat juga eonnie akan sembuh” jelas TaeSi yang sedikit melegakan hatiku.
“Lebih baik kau jangan masuk dulu”, Leeteuk menghalangku untuk masuk ke dalam. Aku melihat ke arahnya.
“Kami semua tau, hyung. Hyung dan TaeChul adalah rekan kerja yang sportif dan saling care, tapi kau lihat keadaan Heechul hyung barusan. Lebih baik hyung nanti saja melihat TaeChul-nya” jelas Donghae bijak.
“Oppa lebih baik kita obati dulu lukamu ya” ujar NanHae yang berjalan mendekatiku.
“Gwenchanayo, aku bisa sendiri” tolakku lembut sambil berjalan menjauh dari kamar Heechul menuju kamarku.
----
HaKyu POV
Aku benar-benar sudah gila. Hari sudah malam, namun mobil Yesung ataupun Jonghyun belum terlihat sama sekali. Aku benar-benar gila dengan rasa takutku ini. Aku takut Yesung kenapa-napa. Aku takut Yesung berbuat curang yang akan membuat Yesung celaka. Sungguh aku tidak kuat. Aku takut.
Tiba-tiba sebuah mobil terlihat dan mendekati tempatku dengan cepat. Aku lebih focus dan hasilnya adalah itu bukan mobil Yesung melainkan mobil Jonghyun. Sosok Jonghyun keluar, dia tidak menengok ke arahku sama sekali. Dia langsung berjalan masuk ke dalam rumahnya.
Mataku benar-benar memanas saat tidak mendapatkan kehadiran Yesung. Aku terjatuh duduk menutupi wajahku yang sudah berhiaskan airmata. Suara mobil Yesung yang tidak terdengar sama sekali. Belum lagi mobil Jonghyun yang terlihat rusak. Aku benar-benar sudah dikuasi oleh berbagai pikiran negative.
Entah sudah berapa lama aku menangis dalam posisi seperti ini. Dan, bukan hanya aku yang menangis. Langit dengan setia menemaniku. Aku biarkan tubuhku terbasahi oleh airmata langit. Aku biarkan tubuhku yang nantinya akan sakit. Aku tidak peduli dengan tubuhku, karena kini hatiku telah lebih sakit.
Namun, tiba-tiba aku merasakan hujan sudah tidak mengguyur tubuhku lagi. Padahal, aku mendengar hujan masih sangat deras. Aku berhenti menangis dan membuka telapak tanganku yang menutupi wajahku. Aku angkat wajahku. Mataku benar-benar panas. Aku langsung bangun dari tempat dudukku dan memeluk seseorang yang kini tengah memayungiku. Seseorang yang akan selalu aku cintai. Yesung. Dia masih hidup.
“Oppa, kau…”, aku menangis. Menangis sepuasku didalam pelukannya.
Dia membalas pelukanku dengan satu tangannya, sementara satu tangannya lagi memayungi tubuh kita berdua.
“Haha, kau pikir aku mati apa? Aku tidak mungkin mati dalam pertandingan kecil seperti ini, HaKyu” ucap Yesung santai.
PLOK.PLOK.PLOK.
Tepuk tangan yang sangat keras terdengar dikuping kami berdua. Membuat pelukan ini terlepas. Jonghyun, dia berjalan mendekati kami berdua dengan asistennya yang sibuk memayunginya.
“HaKyu, apa kau pikir namjachingu-mu ini mati? Dia sangat tangguh. Dan, aku akui kekalahanku Yesung-sshi. Chukkae” ucap Jonghyun yang lalu pergi meninggalkan aku yang masih bingung sendiri.
Sementara Yesung, ia tidak mau menjelaskannya kepadaku. Dia hanya cengegesan saja.
----
Bagaimana?
Bagus, Jelek?
Tunggu part selanjutnya ya!

Only U Part 1

Untuk yang judulnya 'Just For U' itu tidak akan dilanjutkan dan akan digantikan dengan yang ini
Maaf kalau ada tulisannya yang salah
Maaf kalau ceritanya jelek
Tetap comment, please
----
GemHyuk POV
“Hatchi”, aku menggosokan kedua tanganku, mencari kehangatan ditengah malam ini. Aku melirik ke namja disampingku ini. Dia masih duduk santai dengan earphone yang ia pakai, memandang ke atas langit yang kini bersih dari para bintang. Aku tau itu menandakan hujan akan turun.
Aku terus mengamati namja yang sudah lama menjadi namjachingu-ku ini. Namanya Lee Hyuk Jae, tapi dia maunya dipanggil Eunhyuk. Permata, dia benar-benar permata untukku. Tapi, aku mempunyai perasaan bahwa permataku ini sedang rapuh. Aku ingin tau kenapa, tapi aku tidak berani untuk bertanya. Alasan aku takut adalah karena aku tau Eunhyuk termaksud tipe orang yang tidak mau privasinya diganggu dan dia akan bercerita, jika menurutnya sudah tiba waktunya.
Tanpa sengaja saat aku sedang melihat ke arahnya, dia melihat ke arahku. Senyumnya terbentuk dibibirnya itu. Dan, terlihat oleh mataku adalah senyum hambar. Semakin kuat saja perasaanku bahwa kini dia dalam masalah.
“Oppa, gwenchanayo?” tanyaku pelan.
Dia mengeryitkan jidatnya dan membuka earphone-nya.
“Kau sakit?”, bukannya menjawab pertanyaanku justru dia balik bertanya. “Kenapa kau memeluk dirimu sendiri seperti itu? Apa kau ke dinginan?”.
Aku membelalakan kedua mataku, setelah mendengar pertanyaannya itu.
Apa dia tidak merasa dingin sama sekali?
Apa dia tidak sadar bahwa malam ini benar-benar dingin?
Apa dia tidak sadar aku hanya memakai kaos tipis dan celan jins?
,,, batinku.
PLAK
Aku langsung menjitak kepalanya.
“Aish, kau tidak sopan, Gem Hyuk. Aku ini lebih tua darimu, dan aku ini namjachingu-mu. Apa kau ingat itu???” ucapnya sambil mengelus-elus kepalanya.
Aku hanya dapat sabar menanggapinya. Dia memang selalu seperti itu. Tidak terlalu memperhatikan penampilanku.
Aku lihat dia melepaskan jaketnya dan menyampirkannya dikedua pundakku. Aku kaget menerima perlakuannya seperti itu.
“Mianhe, aku tidak bermaksud membuatmu ke dinginan seperti ini. Aku hanya ingin bersama denganmu” ucapnya lembut sambil memegang wajahku dengan salah satu tangannya.
Aku tersenyum mendengar ucapannya. “Ada apa dengan dirimu, oppa?”.
Aku memberanikan diri untuk bertanya dan meyandarkan kepalaku dipundaknya. Dia mengelus-elus rambut yang aku urai.
“Apa kau sanggup menjalani hubungan jarak jauh?” tanya Eunhyuk tiba-tiba yang berhasil membuat tubuhku langsung duduk tegap menghadap Eunhyuk yang menerawang jauh ke depan.
“Maksud oppa apa?” tanyaku.
Eunhyuk menengok ke arahku, lalu dia menundukan kepalanya. Aku lihat dia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, sehingga aku dapat melihat urat nadinya bermunculan.
“Oppa, kau punya masalah?”, aku memegang salah satu pundaknya. Aku melihat kepalan tangannya menjadi tidak terlalu kuat lagi. “Ceritalah kepadaku”.
Eunhyuk menengok ke arahku kembali. Aku tersenyum ke arahnya, berusaha menyakinkan dirinya untuk cerita kepadaku. Namun, tiba-tiba dia menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Dia memelukku erat.
Aku membelalakan kedua mataku saat mendengar apa yang dia bisikan. Mataku benar-benar terasa memanas. Aku benar-benar ingin menangis, menangis hingga aku puas.
----
Ryeowook POV
Aku hanya terdiam melihat pemandangan ini. Melihat seorang yeoja yang sebenarnya aku cintai dengan seorang namja yang adalah temanku sedang berpelukan. Namun, kini aku sadar aku tidak mencintai yeoja itu, karena aku baru menyadari bahwa perasaanku hanya sebatas oppa dan dongsaeng-nya saja tidak lebih.
“Ryeowook-ah”.
Aku mendengar Eunhyuk memanggilku. Aku pun sadar dari lamunanku, segera aku mengangkat wajahku dan melihat ke arah Eunhyuk yang melihat ke arahku juga. Aku tersenyum melihat ke arahnya.
“Promise?”, dia menunjukan kelingking kanannya kepadaku.
Aku mengerti maksudnya pun mengangguk pelan dan tersenyum. “Promise”.
“Aku pergi dulu ya”, Eunhyuk memegang wajah Gem Hyuk dengan kedua tanganya, lalu mencium lembut kening Gem Hyuk.
Aku lihat Eunhyuk melangkah pergi menjauhiku dan Gem Hyuk. Aku pun segera berjalan mendekati Gem Hyuk. Saat aku sudah berdiri disamping Gem Hyuk, dia langsung memegang salah satu tanganku kuat-kuat. Aku hanya dapat tersenyum melihatnya. Aku tau ini pasti berat untuknya.
Aku terus mengamati wajah Gem Hyuk. Aku merasa aneh dengan wajah Gem Hyuk. Wajahnya terlihat pucat. Sangat pucat. Baru aku sadari bahwa aku merasakan hawa panas dari genggaman tangan Gem Hyuk. Segera aku mengecek panas Gem Hyuk dan hasilnya benar-benar menakjubkan. Dia panas tinggi.
“Gem Hyuk, kau sakit?”.
Tentu saja aku khawatir dengan keadaan Gem Hyuk. Aku adalah orang yang diberi tanggung jawab oleh Eunhyuk untuk menjaga Gem Hyuk.
“Gwenchanayo, Wookie oppa” jawab Gem Hyuk.
Aku curiga dengan gelagatnya. Dia menutupi hidungnya dengan sapu tangannya. Memang Eunhyuk, namjachinggu-nya akan berada di Paris entah sampai kapan. Tapi, Gem Hyuk bukanlah yeoja cengeng yang akan menangis, jika ditinggal seperti ini. Langsung saja aku menarik tangannya yang menutupi hidungnya. Aku langsung membelalakan kedua mataku saat melihat cairan kental berwarna merah keluar dari ujung bibir Gem Hyuk dan sedikit dari carian itu telah berpindah ke sapu tangan Gem Hyuk.
“GEM HYUK…”.
----
Hangeng POV
Dap…Dap…Dap…
Aku biarkan langkah kakiku terdengar di ruangan berwarna serba putih ini. Aku benar-benar khawatir dengan keadaannya. Langkahku berhenti saat melihat seorang namja imut sedang duduk didepan sebuah ruangan dengan kepala ditundukan. Aku melangkah pelan mendekatinya.
“Ryeowook-ah”, aku memanggilnya dengan nada suaraku yang kacau balau.
Ryeowook mengangkat kepalanya. Aku menatapnya tajam. Dia seperti ketakutan melihatku. Dia berdiri dari tempat duduknya dan tetap menundukan kepalanya.
“Apa yang terjadi dengan Gem Hyuk?” tanyaku.
“Aku tidak tau sama sekali ada apa dengan Gem Hyuk, hyung. Darah keluar dari mulutnya dan dia langsung pingsan begitu saja” jelasnya dengan nada yang sangat terdengar dikedua kupingku bahwa itu adalah nada ketakutan.
“Tatap aku!” ucapku yang tetap menatap Ryeowook tajam.
Dengan ragu Ryeowook mengangkat kepalanya dan menatapku ketakutan.
Bugh
Emosiku benar-benar sudah tidak terkontrol lagi. Aku langsung menonjok pipinya hingga dia tersungkur dilantai. Darah segar sedikit keluar dari hidungnya. Dan, aku tau bahwa aku telah menarik perhatian banyak orang. Tapi, aku tidak mempedulikan itu. Aku berjalan mendekati tubuh Ryeowook yang tidak bergeming sama sekali. Dia sibuk menghapus darahnya.
Srek
Aku menarik kerah bajunya agar mendekat denganku. Tubuhnya sedikit bergetar. Aku tetap menatapnya tajam.
Hangeng oppa, kendalikan amarahmu ya. Seorang namja sejati pasti bisa mengendalikan emosinya dalam keadaan apa pun’.
Aku langsung membuang wajahku saat kalimat itu kembali terngiang dikedua kupingku. Kalimat yang dilontarkan oleh Gem Hyuk disaat aku menghajar namja yang telah membawanya pergi disaat penyakit Gem Hyuk kambuh.
Aku langsung mendorong pelan tubuh Ryeowook. Aku bangun dari tempatku. Ryeowook terdiam melihatku yang hanya diam. Aku tau dia pasti berpikir aku akan menojokannya lagi. Itu tidak salah, memang tadinya aku akan menonjok Ryeowook lagi, tapi kalimat itu terlanjur terdengar kembali dikedua kuping. Kalimat yang dilontarkan oleh sahabat kecilku yang mengidap penyakit berbahaya. Lee Gem Hyuk.
Aku mengulurkan lengan kananku ke arah Ryeowook. Ryeowook menatap aneh ke arah uluran tanganku.
“Bangunlah!”, nada suaraku mulai melembut kembali.
Ryeowook hanya dapat diam dan menerima uluran tanganku. Kini dia sudah berdiri didepanku dan sibuk menghapus darahnya yang tidak berhenti keluar. Aku memberikannya sebuah sapu tangan. Dan, tentu saja Ryeowook menerimanya dengan ragu. Aku berjalan mendekati kursi yang ada disana. Aku duduk disana membiarkan Ryeowook berdiri diam melihatku.
“Lee Gem Hyuk, kau tentu tau kalau Gem Hyuk adalah sahabat kecilku” ucapku sambil menundukan kepalaku dan meremas kedua tanganku.
“Ne, aku tau itu, hyung. Gem Hyuk pernah memberitahukannya kepadaku”.
“Aku dan Gem Hyuk sudah berteman sejak kecil, saat aku pertama datang ke Korea bersama dengan kedua orang tuaku. Dia menjadi tetangga yang manis dan periang. Aku selalu bermain dengannya, dan bukan hanya aku dan Gem Hyuk saja yang dekat. Kedua orang tua kami pun juga dekat satu sama lain”, aku menceritakan masa lalu aku dan Gem Hyuk. Dan, Ryeowook hanya diam mendengarkan ceritaku yang belum pernah aku ceritakan ke siapa pun, termaksud Eunhyuk, namjachingu Gem Hyuk.
“Saat hari ulang tahunku, aku dan dia sudah berjanji akan merayakan berdua dibelakang sekolah saat pulang sekolah nanti. Namun, sudah lama aku menunggunya, bahkan hingga malam tiba dia belum juga datang. Tepat pukul 9 malam, aku melihat ada sinar lampu menyala mendekati tempatku, aku pikir itu adalah Gem Hyuk. Aku sudah bersiap-siap akan mengomelinya. Namun, kenyataannya itu adalah mama. Dia datang dan menarikku untuk pulang. Tentu saja aku memberontak, aku bilang aku akan menunggu Gem Hyuk hingga datang. Setelah mendegar ucapanku itu, mama langsung menatapku nanar. Matanya berkaca-kaca dan dia langsung memeluk tubuhku erat. Dia membisikan sesuatu yang benar-benar membuat hatiku hancur. Dan, aku langsung menangis mendengarnya”.
Aku rasakan bahwa kini pundakku bergetar mengingat-ingat masa laluku itu. Masa lalu dimana pertama kali aku mengetahui keadaan Gem Hyuk yang mengidap penyakit berbahaya.
“Memang apa yang ahjuma bisikan?” tanyanya.
Aku menngangkat kepalaku. Menatap Ryeowook yang menatapku penasaran. Aku tersenyum hambar. Ingatanku tentang masa laluku itu masih segar didalam otakku.
AuthorPOV-FlashBack:On-
“HanGeng, Gem Hyuk tidak akan datang ke sini. Dia tidak akan menepati janjinya. Dia sedang diterbaring lemah di rumah sakit, HanGeng. Dia mengidap sirosis, HanGeng. Dia tidak mungkin datang ke sini. Itu tidak mungkin”.
HanGeng benar-benar kaget mendengar bisikan eomma-nya itu. Dia langsung menangis, menangis bersama dengan langit yang juga tiba-tiba menangis. HanGeng langsung melepaskan pelukan eomma-nya dan berlari menuju rumah sakit tanpa mempedulikan hujan yang turun dengan deras dan teriakan eomma-nya. HanGeng benar-benar kacau, dia ingin melihat buktinya sendiri tentang bisikan eomma-nya itu. Dalam hati dia berdoa agar itu hanya sebuah lelucon yang dibuat oleh eomma-nya dan Gem Hyuk untuk mengerjainya dihari ulang tahunnya itu.
Sesampainya di rumah sakit, HanGeng langsung berlari ke tempat yang dia harap ada sosok Gem Hyuk sedang membawa kue tart dan tersenyum lebar karena telah berhasil mengerjai dirinya. Tapi, harapan hanya sebatas harapan. Harapan HanGeng sama sekali tidak terwujud. Kini dia hanya dapat diam melihat appa Gem Hyuk sedang menenangkan eomma Gem Hyuk yang menangis. Perlahan HanGeng berjalan mendekati kedua orang dewasa itu. Appa Gem Hyuk sadar dengan keberadaan HanGeng didekatnya, begitu juga dengan eomma Gem Hyuk.
“Ahjussi, ahjumma”, mata HanGeng terus berkaca-kaca. Dia terus menghapusi airmatanya yang keluar.
“Waeyo, HanGeng?”, eomma Gem Hyuk berusaha untuk tersenyum.
“Tolong, bilang sama HanGeng kalau apa yang dibilang sama mama itu tidak benar!” ujar HanGeng sesenggukan.
“Mianhe, HanGeng”, eomma Gem Hyuk menundukan kepalanya. Berusaha menahan tangisnya, tapi beliau kalah. Airmatanya terus keluar.
“GEM HYUK, LEE GEM HYUK”.
HanGeng berteriak sekencang-kencangnya sambil memukul-mukul pintu putih yang tertutup rapat. Appa Gem Hyuk langsung menggendong HanGeng dan menenangkannya.
AuthorPOV-FlashBack:Off-
“Sejak saat itu aku dan Gem Hyuk semakin dekat. Ahjumma dan ahjussi pun juga menitipkan Gem Hyuk kepadaku. Beliau memintaku untuk menjaga Gem Hyuk, tentu aku akan memenuhinya, karena Gem Hyuk adalah sahabat kecilku. Pernah Gem Hyuk diajak bermain oleh teman namja-nya, padahal saat itu penyakitnya sedang kambuh. Namun, Gem Hyuk yang tidak mau mengecewakan temannya pun mengiyakannya. Dan, dia tidak sempat pulang ke rumah hari itu. Dia pingsan ditaman dan langsung dibawa ke rumah sakit. Besok harinya, aku langsung menghajar namja itu tanpa ampun. Dan, malamnya, entah dapat kabar darimana, Gem Hyuk mengetahui itu dan langsung menasehatiku. Tentu aku melawan dan dia tidak dapat berkata apa-apa, dia hanya dapat tersenyum. Aku seperti bodyguard untuknya, tapi itu tidak lama. Karena, kedua orang tuaku langsung membawaku kembali ke China. Selama di China aku dan Gem Hyuk masih sering berkomunikasi dengan berbagai cara. Aku terus meminta maaf, karena tidak dapat menjaga dirinya. Saat ingin masuk SMA, aku memilih untuk kembali merantau ke sini. Aku memilih SMA dimana Gem Hyuk juga memilihnya. Dan, disinilah aku sekarang, bersama dengan Gem Hyuk”.
Aku mengakhiri ceritaku dengan tersenyum hambar ke arah Ryeowook yang telah duduk disampingku.
“Tapi, kenapa aku tidak pernah melihat hyung sedang bersama dengan Gem Hyuk ya?” tanya Ryeowook.
Aku tau dia akan bertanya seperti itu. Sudah wajar menurutku, karena aku dan Gem Hyuk memang jaga jarak. Entah karena apa.
“Entah sejak kapan, aku dan Gem Hyuk mulai jaga jarak. Mungkin karena Eunhyuk-ah. Kami sama-sama tau kalau Eunhyuk itu seorang pencemburu berat. Dan, aku yang tidak mau Gem Hyuk sakit hati pun memilih mengalah, karena aku tau Gem Hyuk benar-benar mencintai Eunhyuk” jelasku.
“Lalu, siapa saja yang mengetahui bahwa Gem Hyuk mempunyai penyakit ini?” tanya Ryeowook kembali.
Aku tersenyum kecut mendengar pertanyaannya.
“Hanya aku, keluargaku, keluarganya ditambah kau yang mengetahuinya”.
----
GemHyuk POV
Aku berjalan menuju asramaku bersama dengan Ryeowook dan HanGeng. Agar tidak menarik perhatian dari kedekatanku dan HanGeng, HanGeng berjalan disamping Ryeowook. Jadi kini Ryeowook berada ditengah-tengah antara aku dan HanGeng.
“Gem Hyuk”.
Aku mendengar seseorang berteriak memanggilku. Tentu saja itu membuat langkahku, HanGeng dan Ryeowook berhenti. Kami bertiga serentak membalikan badan. Terlihat seorang namja tinggi sedang berlari menghampiri kami bertiga, atau lebih tepatnya hanya aku.
“Gem Hyuk, annyeong”.
Namja itu menyapaku dengan napas yang berantakan. Aku hanya tesenyum. Dia selalu seperti itu.
“Annyeong, Leeteuk oppa”.
“Kau kemana saja akhir-akhir ini, GemHyuk? Apa kau tidak ingat kemarin adalah jadwal kita berdua siaran, hah? Aku sudah mengelilingi sekolah dan semua asrama mencarimu, tapi tidak ketemu sama sekali. Kau tau hampir saja aku kena marah ahjussi bawel itu”.
Leeteuk langsung mengomeli, karena ketidak hadiranku akhir-akhir ini. Dan, aku tidak memikirkannya, karena aku sudah izin. Salahkan Leeteuk yang tidak tau.
“Leeteuk oppa, pasangan siaranku yang paling baik, aku sudah izin beberapa hari ini untuk tidak tinggal di asrama. Dan, tentu saja itu berarti aku juga meminta izin untuk tidak ikut segala macam kegiatan sekolah ini. Kau tau itu, pasangan siaranku yang paling playboy” jelasku.
“Hah, jinjayo?”, terlihat sekali Leeteuk sama sekali tidak mengetahui hal itu. “Bersama dengan Ryeowook-ah?”.
“Ofcourse, he is my lovely oppa” jawabku sambil memeluk salah satu tangan Ryeowook.
“Lalu, bagaimana dengan HanGeng?” tanya Leeteuk yang menengok ke arah HanGeng.
Aku baru menyadari bahwa HanGeng masih berada disini. Aku pun bingung harus menjawab apa.
“Aku juga sama dengan Ryeowook dan Gem Hyuk. Aku meminta izin untuk tinggal bersama dengan orang tuaku yang baru saja datang kemarin. Tadi aku bertemu dengan mereka berdua, karena arah kita  sama jadi kita bertiga bersama-sama” jelas HanGeng.
Aku hanya dapat tersenyum mendengar penjelasannya barusan. Mendengar HanGeng menyebutkan kedua orang tuanya membuat aku langsung kangen dengan mereka. Sudah lama aku tidak bertemu dengan mereka.
“A, ne”.
“Kalau begitu aku duluan ya. Annyeong-hi gaseyo”, aku lihat HanGeng melangkah pergi menjauh dari kami.
Aku hanya dapat tersenyum kecut. Aku tau dia tidak suka seperti ini, aku tau dia inginnya mengantarkanku sampai ke asrama. Tapi, dia rela agar aku tetap bersama dengan Eunhyuk. Dia benar-benar baik. Maka jangan salahkan aku, jika aku sudah menganggapnya sangat berharga.
“Hey, Leeteuk oppa”.
Tiba-tiba aku mendengar suara seorang yeoja. Aku segera melihat ke arah Leeteuk. Terlihat seorang yeoja sedang bermanja di salah satu tangan Leeteuk yang ia peluk. Aku hanya dapat tersenyum geli melihatnya. Yeoja yang tidak lain bernama HyunJae itu adalah yeojachingu Leeteuk. Entah yang ke berapa. Leeteuk adalah seorang playboy, meski begitu tetap saja ada yang mau menjadi yeojachingu-nya. Leeteuk yang aku tau hobinya itu adalah memainkan perasaan orang lain, meski begitu dia orang yang bijaksana. Aneh, tentu saja. Dan, aku adalah orang yang tidak pernah kena marah Leeteuk, jik mengatainya ‘playboy’.
“Ehm, kalau begitu aku dan Ryeowook oppa pergi dulu ya”, aku pun segera menarik Ryeowook agar segera pergi meninggalkan mereka berdua.
----
Author POV
Entah untuk ke berapa kalinya Leeteuk mencium yeoja didepan umum. Dan, itu dia lakukan dengan sebab yang sama. Patah hati. Hatinya terasa sakit oleh seorang yeoja. Yeoja yang benar-benar ia cintai. Dan, kali ini korbannya adalah HyunJae, Park HyunJae.
Leeteuk, seorang playboy yang benar-benar sadis itu kini memang sedang merasakan karmanya. Dia hanya dapat terdiam saat menyadari cintanya tidak dibalas sedikit pun. Bahkan, sama sekali tidak direspon atau disadari.
----
Ryeowook POV
Aku terdiam di depan piano putih ini. Kini aku sedang berada di ruang music, sendirian. Aku menunggu terus menunggu. Meski aku terus menunggu dan tubuhku berada disini, tapi jiwaku tidak berada disini. Aku masih memikirkan tentang semua cerita HanGeng yang menyatakan bahwa Gem Hyuk mengidap leukimia. Yeoja secantik dan seriang dia, siapa yang percaya bahwa yeoja itu mengidap penyakit berbahaya itu. Dan, Gem Hyuk hanya dapat tersenyum hambar dan mengangguk pelan, mengiyakan bahwa dia memang mengidap penyakit itu. Menangis, aku ingin sekali menangis. Namun, aku sudah terlanjur berjanji kepada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah menangis, karena Gem Hyuk. Apalagi karena penyakitnya. Aku harus banyak berbuat, melindungi Gem Hyuk seperti HanGeng. Aku harus bisa.
“Ryeowook-ah”.
Sebuah panggilan membuyarkan lamunanku. Segera aku menggelengkan cepat kepalaku. Aku menengok ke sampingku. Sudah berdiri seorang namja yang adalah hyung-ku.
“Akh, waeyo, hyung?” tanyaku sambil berpura-pura sibuk dengan pianoku. Aku memainkan piano ini dengan nada-nada yang sudah aku apal diluar kepala.
“Aku tidak melihat Gem Hyuk akhir-akhir ini. Apa dia pergi bersama denganmu juga?” tanyanya.
Aku hanya dapat tersenyum kecut mendengar pertanyaannya itu. Pertanyaan yang dilontarkan oleh Yesung. Yesung termaksud salah satu namja yang menyukai Gem Hyuk. Meski sudah mengetahui bahwa Gem Hyuk sudah berpacaran dengan Eunhyuk, tetap saja mempertahankan perasaannya.
“Ne, Gem Hyuk ikut denganku, Yesung hyung. Atau mungkin lebih tepatnya lagi, Gem Hyuk yang memintaku untuk ikut dengannya. Jadi aku izin, karena Gem Hyuk. Bukan keinginanku” jelasku.
“Enaknya dirimu, Wokkie” ujar Yesung yang berjalan menjauhiku, membuat aku berhenti memainkan piano ini.
Aku melihat ke arah Yesung yang berjalan menuju lemari kaca yang berada disini. Dia mengambil sebuah buku. Dan, membukanya. Lembar demi lembar dia buka, tanpa membacanya terlebih dahulu.
“Memang apa enaknya menjadi diriku, hyung?” tanyaku polos.
PLAK
Buku yang tadi berada ditangan Yesung sudah terbang dan terkena kepalaku. Aku sedikit meringis.
“Kau itu ya, kau sudah tau kalau aku menyukai GemHyuk. Masih saja bertanya seperti itu. Kau itu kelewat polos tau” omelnya.
“Hehe”, aku hanya dapat terkekeh mendengar omelannya itu.
----
GemHyuk POV
Aku baringkan tubuhku diatas kasurku. Kangen rasanya aku berbaring dikasur ini. Tiba-tiba HPku berdering, segera aku merogoh HPku yang berada didalam kantong celanaku ini.
Inbox : (1)
_KiBum_KillerSmile
GemHyuk segera datang ke aula sekarang juga. Ada rapat penting, asal kau tau rapat ini terus diundur, karena menunggumu. Cepat datang
Aku tersenyum membaca sms itu. Segera aku mengganti pakaianku ini. Lalu, aku ambil mapku dan berjalan keluar menuju aula.
Sesampainya disana, ternyata aula sudah cukup ramai. Aku melihat Kibum sudah duduk manis disebuah kursi sambil membaca kertas-kertas yang ada ditangannya yang aku tau itu adalah naskah. Aku duduk disampingnya, karena hanya disitulah kursi kosong tersisa.
“Annyeong, oppa”, aku menyapa dan dia langsung memasukan naskah itu ke dalam mapnya.
“Annyeong, GemHyuk”.
“Memang rapat apa sih kayaknya penting banget?” tanyaku.
“Sebenarnya tidak terlalu penting sih” jawab Kibum santai.
“Akh, oppa, kau rese sekali. Kalau tau begitu lebih baik aku tidak datang, aku masih capai, karena habis pulang” omelku yang ditanggapi dengan tawa renyah Kibum.
“Tenanglah, kau tidak akan menyesal telah mengikuti rapat ini, Gem Hyuk”, Kibum mengacak-acak rambutku pelan.
“Kenapa oppa bisa begitu percaya diri?” tanyaku penasaran.
“Karena, kau dan aku akan menjadi pemeran utama dalam drama kali ini” jawab Kibum.
----
Kibum POV
Malam sudah tiba, tapi mataku belum tertutup juga. Sudah berkali-kali aku mengubah posisi tidurku. Bibir ini pun sedaritadi tidak pernah bosan untuk membentuk sebuah senyum manisku dan satu lagi yang tidak pernah menghilang dari otakku adalah mengira-ngira bagaimana nanti saat aku dan yeoja yang aku cintai melakukan drama. Drama yang benar-benar romantis, disana aku dan dia adalah pemeran utamanya. Drama berjudulkan Cinderella.
Mengingat-ingat tentang drama, aku menjadi ingat dengan seorang sahabatku yang berada diluar negeri, tepatnya di China. Aku segera meloncat dari kasurku menuju ke meja belajarku. Aku nyalakan laptopku.
TING
Tidak berapa lama dilayar laptopku ini sudah terlihat jelas seorang namja yang memang sempurna sedang menguap lebar  menahan kantuk.
“Haha, kau ngantuk ya, hyung?”, aku sedikit tertawa melihat wajah namja itu yang biasanya keren kini sedang menguap menahan kantuk.
“Akh, kau ini ya mengganggu orang saja. Ada apa kau malam-malam ini, hah?” tanyanya yang aku tau dia sedikit marah kepadaku.
“Hehe,mianhe,hyung. Aku kena insomnia, temani aku, yuk!” mintaku.
“Enak saja, kau tidak lihat bahwa aku sudah mengantuk berat”, dia sedikit membentakku.
“Ayolah, Siwon hyung! Temanilah dongsaeng-mu yang paling ganteng ini” ucapku dengan sedikit memuji diriku.
“Hah, kau terlalu percaya diri, Kibum-ah. Aku akan menemanimu, jika kau bercerita tentang yeoja yang kau sukai itu” tawarnya. “Bagaimana?”.
“Haha, aku memang tadi ingin menceritakan tentang dia kepadamu, hyung”, aku benar-benar ingin tertawa saat melihat ekspresi Siwon, setelah mendengar jawabanku barusan. Dia benar-benar lucu.
“Akh, sudahlah, cepat ceritakan!” suruhnya tidak sabaran sambil meminum kopi hangatnya.
Aku bingung sejak kapan ada secangkir kopi disampingnya. Ingin rasanya aku bertanya seperti itu, tapi saat melihat wajah Siwon yang sepertinya akan marah, jika aku mengulur-ulur waktu aku pun langsung bersiap-siap untuk bercerita.
“Hyung, tentu tau kalau aku itu ikut club drama?” ucapku.
“Yes, I know” jawabnya. “Sudahlah cepat ceritakan ke intinya”.
“Hehe,sabarlah, hyung”.
Siwon menatapku tajam. Nampaknya, dia benar-benar sudah tidak sabar. Atau mungkin lebih tepatnya dia merasa kesal denganku yang telah membuatnya terjaga dengan rasa kantuk yang benar-benar besar. Aku yang menyadarinya hanya dapat cengengesan.
“Dia juga ikut dengan club drama juga. Dan, sebentar lagi ada perlombaan dalam semua bidang, termaksud drama. Susah payah aku usulkan diriku untuk memilih cerita untuk perlombaan ini. Dan, ternyata itu diterima oleh ahjussi, alasannya tentu saja karena hasil jerih payahku selama berada didalam club drama ini, hyung”, aku mulai bercerita dan aku mulai senyum-senyum sendiri mengingat-ingat masa itu.
“Hey, Hey, tunggu dulu”, aku terdiam mendengar ucapan Siwon tiba-tiba itu.
“Mworago, hyung? Ceritanya belum selesai, jangan bilang hyung suddah ngantuk dan ingin tidur” ujarku.
“Aniyo, aku hanya ingin menebak saja. Bahwa kau bukan hanya memilih cerita yang akan dimainkan, tapi kau juga memilih pemainnya. Dan, kau dan yeoja itu menjadi pemeran utamanya” jelasnya.
“Hehe”, aku cengengesan mendengar tebakan Siwon yang memang benar adanya.
“Hah”, Siwon menghela napasnya berat. Dia menyandar ke bangku yang sedaritadi ia duduki. “Sudah dapat ketebak. Wajahmu sama sekali tidak dapat berbohong kepadaku, Bummie”.
“Hehe, hyung, hebat ya” pujiku.
“Sudahlah, sudah berkali-kali kau bercerita tentangnya. Tapi, sampai sekarang kau belum pernah menunjukan photonya kepadaku” ujarnya. “Jangan bilang kau tidak punya photonya satu pun”.
“Akh, aniyo. Aku punya photonya ko, hyung. Bahkan, ada yang hanya kami berdua” belaku.
“Lalu, mana?”, dia menagih photo yeoja itu seperti seorang rentenir.
“Hehe, nanti saja, hyung. Di pentas itu aku punya rencana untuk menembaknya, nanti aku akan menyuruh temanku untuk memoto kami berdua. Promise” jawabku.
“Huh, dasar kau. Mengganggu waktu tidurku saja” ujarnya.
KLIK
Belum sempat aku mengeluarkan satu kata lagi, layar laptopku sudah berubah menjadi hitam. Dia memutuskan koneksi dan memilih tidur.
“Hah”.
Aku pun menghela napasku, karena tidak dapat teman insomnia satu pun. Entahlah aku mulai senyum-senyum sendiri kembali. Mungkin karena sekarang aku sedang mengira-ngira bagaimana tanggapan orang lain nantinya saat pentas nanti. Terutama ahjussi dan GemHyuk.
----
GemHyuk POV
Aku sadari bahwa kini aku menjadi anak nakal. Keluar asrama sendirian saat malam hari. Insomniaku kambuh, jadi jangan salahkan aku. Terus aku langkahkan kedua kakiku ini untuk berjalan sambil terus menggosokan kedua telapak tanganku, mencari kehangatan dimalam ini. Biasanya Eunhyuk selalu menemaniku, jika insomniaku kambuh. Tapi, mustahil jik saat ini Eunhyuk menemaniku jalan-jalan. Kini dia berada di Paris melanjutkan study-nya disana. Meninggalkanku disini dengan cintaku juga janjinya untuk kembali menemuiku dengan cintanya untukku.
Berkali-kali aku benarkan posisi jaketku saat angin malam berhembus. Aku sipitkan kedua mataku saat seperti menangkap seseorang sedang berjalan lunglai tidak jauh didepanku. Hati ini benar-benar dipenuhi dengan rasa penasaran. Tentu saja aku melangkahkan kakiku sedikit cepat mendekati orang itu. Semakin dekat dengan orang itu, rasa penasaranku semakin kuat. Namja itu terus berdiri dan melangkah lunglai. Keseimbangannya benar-benar buruk. Aku melihat salah satu tangannya memegang sebuah botol. Aku bingung dan tentu saja penasaran.
BRUK
Namja itu menabrak tubuhku, hingga kami berdua terjatuh duduk. Kepalanya terjatuh disalah satu pundakku. Napasnya benar-benar berantakan, tapi satu yang benar-benar mencolok adalah bau alcohol yang benar-benar menyengat keluar dari mulutnya itu. Dan, kini aku baru sadar bahwa namja yang berada didekatku ini mabuk. Tentu saja rasa takut mulai timbul didalam diriku, tapi entahlah aku merasa kasihan juga dengannya. Dan, tidak ada niat sama sekali dalam diriku untuk berlari menjauhinya, meninggalkan dirinya sendirian disini tengah malam dengan kondisi mabuk berat.
“Hah-Hah, siapa kamu, hah?”, dia bersuara dan menjauh dari pundakku.
Dia tersenyum aneh atau mungkin lebih tepatnya menyeringai. Wajahnya aku akui memang mengeluarkan kesan Evil, tapi aku merasakan bahwa dibalik ke Evil-nya itu dia benar-benar rapuh. Entah dapat pikiran darimana, aku bisa berpikir dan merasakan seperti itu.
Tiba-tiba saja bibirnya sudah menempel dengan bibirku. Tentu saja itu membuat aku kaget. Langsung saja aku mendorong tubuhnya. Dia cengengesan dan kesan Evil-nya benar-benar keluar. Tapi, sekali lagi aku tega untuk meninggalkannya.
PLAK
Sebagai gantinya aku hanya menamparnya kencang. Dan, dari hidungnya keluar sedikit cairan kental berwarna merah. Dia tersungkur didepanku, aku pun langsung berdiri dari tempat dudukku. Langsung aku keluarkan HPku, dan mengetik nomor yang sudah aku hapal diluar kepala.
“…”.
“Oppa, cepatlah ke sini. Aku mohon” ucapku langsung.
“…”.
“Aku sedang berada didekat lapangan basket” jawabku.
“…”.
“Ne, aku akan menunggu, oppa. Tapi, aku mohon untuk tidak bawa atau bilang ke siapa-siapa, oppa” mintaku.
“…”.
KLEK
Aku berjalan melangkah mundur, mencari jarak aman dengan namja mabuk ini. Karena, aku telah mengingat apa yang biasanya dilakukan oleh seorang namja yang mabuk.
BRUK
“GemHyuk, waeyo?”.
Saat aku membalikan badanku, aku langsung masuk ke dalam pelukan seseorang yang aku tau seorang namja. Aku mengangkat wajahku. Aku melihatnya dalam kegelapan malam.
“HanGeng oppa, bantu aku ya”, aku langsung memeluknya kencang.
“Arraseo, tapi sebelum itu ceritakan dulu kepadaku”, HanGeng melepaskan pelukanku. “Mworago?”.
Aku tidak menjawab dengan suara, melainkan dengan tangan kananku yang menuju ke arah namja yang masih tertidur ditanah itu. Dengan hati-hati HanGeng berjalan mendekatinya. Tentu aku mengikutinya dibelakang.
“Kyuhyun-ah?”.
Aku medengar HanGeng menyebutkan sebuah nama yang aku yakini nama itu dimiliki oleh namja yang mabuk itu.
“Kyuhyun? Apa itu nama namja itu?” tanyaku memastikan.
HanGeng menengok ke arahku. “Ne, dia sekelas denganku dan Sungmin-ah. Kau tau Sungmin, bukan?”.
“Sungmin oppa? Namja imut penyuka pink itu ya?” tanyaku memastikan kembali.
“Ne”, HanGeng kembali berjalan mendekati Kyuhyun. Dia memberikan botol itu kepadaku dan menyuruhku untuk membuangnya ke tong sampah yang berada didekat sini. Tentu aku menurut.
Saat aku kembali, HanGeng sudah memapah Kyuhyun untuk berjalan dengannya. Salah satu lengan Kyuhyun sudah ia kalungkan dilehernya.
“Oppa, bawa saja ke kamarku. Jika dibawa ke kamar oppa, itu sangat jauh. Kasihan Kyuhyun oppa. Kalau dibawa ke kamar Kyuhyun oppa, itu akan membahayakan aku dan Kyuhyun oppa. Di asramaku semuanya sedang berlibur. Jadi kita bisa tenang” usulku sambil memberikan penjelasanku.
Mendengar penjelasanku yang memang masuk akal itu, HanGeng pun langsung membawa Kyuhyun ke asramaku yang berada paling dekat dengan tempat kami bertiga sekarang.
BRUK
HanGeng meletakan tubuh Kyuhyun diatas tempat tidurku. Aku berjalan masuk ke dalam kamarku sambil membawa dua gelas air putih. Satunya aku taruh diatas meja dekat kasurku, satunya lagi aku berikan kepada HanGeng. Dan, HanGeng langsung meneguk habiskannya.
“Apa kau sudah minum obat?” tanya HanGeng, setelah menghabiskannya.
Tubuhku langsung menegang saat mendengar pertanyaan HanGeng itu. Aku rasakan salah satu tangan HanGeng memegang salah satu pundakku. Aku tau bahwa HanGeng telah mengetahui jawaban jujurku, tanpa aku harus bersuara.
“Sudah berkali-kali aku menyuruhmu untuk disiplin, tapi tetap saja. Sudah cepat minum obatnya” ujarnya yang aku dengar dari nada suaranya bahwa dia menahan amarahnya. Tapi, aku tau bahwa mau aku benar-benar bandel, dia tidak akan pernah memarahiku benar-benar, karena dia menyayangiku. Karena, dia adalah sahabat kecilku yang paling berharga untukku.
“Cepat”, sepertinya dia berusaha untuk menakut-nakutiku.
Untuk menghargainya segera aku berlari ke arah meja belajarku, membuka laci mejaku dan mengambil tempat obatku.
“Huh, obatmu masih banyak. Baiklah aku akan terus menerus mengirimkan sms kepadamu agar kau disiplin terhadap dirimu sendiri” ujar HanGeng
Aku terkekeh mendengar ujaran HanGeng barusan. Aku langsung mengambil satu obat dan menaruh tempat obatku diatas meja belajarku. Aku keluar dari kamar bersama dengan HanGeng.
----
Kyuhyun POV
“ERGH”.
Aku membuka kedua mataku yang masih terasa berat ini. Aku bangun dari tempat tidurku. Aku tidak mengingat apa-apa. Aku tau ini pasti karena kelakuanku lagi. Aku memperhatikan keadaan sekitarku. Ini bukan kamarku. Itulah kalimat pertama yang timbul dibenakku. Aku berjalan menyusuri kamar ini yang tidak pernah aku masuki. Aku melihat sesuatu yang tidak asing dikedua mataku. Sesuatu yang berada diatas meja belajar. Aku berjalan mendekati meja belajar, aku perhatikan benda itu dengan seksama. Aku yakin apa benda ini.
KLEK
Aku mendengar pintu terbuka segera aku sembunyikan benda itu didalam laci yang langsung aku buka. Aku melihat seorang namja yang tidak asing untukku dan seorang yeoja. Aku tau siapa namja itu, namja yang menjadi teman latihan art material Sungmin. HanGeng. Sementara yeoja itu, aku merasa tidak terlalu asing dengannya.
“HanGeng hyung”.
“Kyuhyun-ah, kau sudah sadar” ujarnya yang berjalan mendekatiku bersama dengan yeoja itu yang membawa segelas air putih.
“Ini minum dulu, oppa”, yeoja itu memberikanku segelas airputih yang tentu saja aku terima dan langsung aku habiskan.
“Untung saja GemHyuk menemukanmu, kalau tidak apa kau mau membuat orang-orang menghajarmu lagi, hah?”, HanGeng mulai mengomeliku.
“Tenang saja mereka tidak akan pernah menghajarku, ka nada HanGeng hyung dan Sungmin hyung yang akan melindungiku, hehe” celotehku kembali.
“Aku tidak berjanji akan melindungimu lagi. Kau sudah keterlaluan, Kyuhyun-ah” jawaba HanGeng.
“Jangan begitu, dong, hyung. Tapi, untukku sih tidak masalah, karena ada Sungmin hyung yang akan melindungiku, haha” tambahku yang membuat HanGeng menggeleng-gelengkan kepalanya. Pusing mungkin dia menghadapi diriku yang memang bandel ini.
“Oppa, kau benar-benar ya. HanGeng oppa kau juga jangan seperti itu kepada Kyuhyun oppa. Dia,kan temanmu” ujar yeoja itu yang membuat aku dan HanGeng menengok ke arahnya. Aku hanya tersenyum manis ke arahnya atau mungkin dia menganggapnya sebuah seringaian.
“A, ne, mianhe, Iremi muosimnika?”.
“Akh, ne, mianhe, joneun Lee Gem Hyuk imnida. Dangsineul hamnasebangamseumida, Kyuhyun oppa”.
Aku tersenyum lembut mendengar suaranya. Namanya Gem Hyuk dan aku akui dia lumayan cantik.
----
Bagaimana?
Bagus, Jelek?
Tunggu part selanjutnya ya!