Maaf kalau ada tulisannya yang salah
Maaf kalau ceritanya jelek
Tetap comment, please
----
HanGeng POV
TokTokTok
Aku mengetuk pintu yang berada didepanku ini tiga kali. Setelah mendapat jawaban dari dalam, aku pun langsung membuka pintu itu dan masuk ke dalam ruangan yang sudah tidak asing untukku. Tentu saja ini ruanganku.
“Mianhe, aku telat bosseu” ujarku setelah menutup pintu dan menundukan kepalaku sejenak.
“Gwenchana”, aku mendekati tempat bosseu dan seseorang yang sudah aku tau siapa itu.
“Annyeong” sapanya ramah seperti biasa.
“Annyeong”.
“Baiklah, aku tinggal ya” ujar bosseu. “Hangeng kerja yang benar. Jangan gara-gara dia cantik, kau jadi tidak focus”.
Sontak kami berdua tertawa kecil.
“Arra, bosseu” jawabku dengan tawaku yang ringan.
Aku lihat bosseu berjalan keluar dari ruanganku.
“Apa tanggapanmu mendengar bosseu mengatakan itu?” tanyanya tepat saat pintu tertutup rapat.
Aku berjalan mendekatinya. Aku pegang salah satu pipinya. Aku tatap kedua bola matanya lekat-lekat.
“Kau milikku, TaeChul” jawabku serius.
TaeChul hanya dapat diam mendengarkan aku.
“Tidak ada yang berhak melarangku untuk tidak memperhatikan kecantikanmu. Kecantikanmu yang sudah aku miliki. Because, you are mine” jelasku lembut. TaeChul tersenyum sipul namun sangat manis.
Aku mendekatkan wajahku dengan wajah TaeChul. Saat wajahku dan wajah TaeChul hampir akan bertemu, TaeChul mengelak. Dia menoleh ke arah lain.
“Jangan berbuat macam-macam gege” ujar TaeChul imut.
Aku gemas. Aku cubit hidungnya.
“Arra, jagi”, aku pun duduk dibangku yang berhadapan dengannya-dibalik meja. Aku nyalakan computer.
“Lebih baik kita selesaikan dulu, baru kita bermain” ucapku dengan senyum jahilku.
“Kalau begitu aku tidak mau kita cepat selesai” ujar Tae Chul yang melipat kedua tangannya.
“Haha, tenanglah. Aku sudah berjanji bukan” ujarku sambil memainkan kedua alisku.
“Dasar”, aku lihat Tae Chul memperbaiki posisi duduknya.
“Baiklah, ayo kita mulai”, aku sudah siap-siap untuk mengetik.
----
Author POV
“Ada apa?” tanya seorang perempuan bernama Sung Sang Neul kepada lelaki yang duduk berhadapan dengannya.
“Aku akan ke Korea secepat mungkin” jawab lelaki bernama ZhouMi itu.
“Ke Korea?”, terlihat jelas dari wajah Sang Neul bahwa dia terkejut mendengarnya. “Korea Selatan?”.
“Ne, aku harus ke sana”, ZhouMi mengangguk pelan. “Kau mau ikut?”.
“Aku…”, Sang Neul benar-benar bingung ingin menjawab apa. “Aku takut bertemu dengannya”.
“Aku tau. Aku tidak memaksamu” jawab ZhouMi lembut.
Sang Neul mengangkat wajahnya. Melihat wajah tampan ZhouMi yang kini menatap tepat ke kedua bola matanya.
“Aku akan ikut”, begitulah kalimat yang meluncur dari bibir Sang Neul. Terlihat ZhouMi tersenyum sipul.
“Baiklah, aku tau kau tidak akan membiarkan aku pergi sendirian. Apalagi ini ke Korea Selatan” ucap ZhouMi sedikit terkekeh.
“Dasar”.
“Ke Korea Selatan”, Sang Neul melempar pandangannya keluar cafe, menopang kepalanya dengan tangan kirinya. Pikirannya jauh terbang ke masa lalu. Saat dimana perang dunia ketiga terjadi.
“Apakah aku akan bertemu dengannya? Apakah dia masih membenciku?” gumam Sang Neul tanpa sadar. ZhouMi memegang tangan kanan Sang Neul dan mencium punggung tangan kanannya.
“Akan kita lewati bersama, jika itu terjadi” janji ZhouMi yang tatapan mereka-ZhouMi & Sang Neul-bertemu. “Aku janji”.
Sang Neul tersenyum sipul mendengar janji itu. Ia tau ZhouMi tidak akan mengingkari janjinya itu.
----
Tae Ho POV
‘Meski pun dia pacar kita, tapi kita tidak berhak melarang pacar kita untuk berhenti menggapai bintangnya yang telah ada sebelum kita jadi pacarnya’.
Kalimat yang diucapkan TaeChul saat itu terus menerus terdengar dikedua kupingku.
Aku menengok ke arah lapangan baskter kampusku. Disana. Dia sedang bermain basket disana. Keringatnya bercucuran membasahi tubuhnya. Napasnya yang tertata rapih kini mulai memburu. Tapi, permainannya masih bagus. Masih lincah. Tidak ada yang jelek sama sekali. Aku suka melihatnya seperti itu. Aku suka melihatnya saat bermain basket. Dia benar-benar terlihat ganteng dengan napas yang memburu dan keringat yang bercucuran. Aku ingin dia bahagia saat mencapai cita-citanya. Tapi, aku juga tidak mau ditinggalkan olehnya. Aku tidak bisa, jika dia tidak berada disisiku. Aku benar-benar tidak bisa. Aku tau aku childist. Aku tau aku egois. Tapi, kini aku berusaha untuk mengalah. Aku tidak mau menghancurkan bintangnya. Aku tidak mau dia pura-pura tidak mempedulikan bintangnya demi aku. Aku tidak mau dia pura-pura membuang bintangnya demi aku. Aku tidak mau seperti itu. Aku ingin melihat dia bersama bintangnya. Aku ingin Minho menggapai cita-citanya. Meski aku harus menunggu.
“Jagi”, aku mendengar suaranya yang sangat aku sukai itu memanggilku. Aku pun menoleh.
“Ada apa? Tumben kesini, kau tidak ada jadwal kuliah bukan hari ini” tanyanya.
“Hanya ingin bertemu denganmu saja, tidak lebih” jawabku yang berdiri dari tempatku duduk.
“Mianhe, oppa” ucapku.
“Mwo? Untuk apa kau meminta maaf kepadaku? Kau tidak punya salah apa pun kepadaku” jelas Minho.
Aku menggelengkan cepat kepalaku. “Aniyo, mianhe, aku terlalu kekanak-kanakan”.
“Childist?”, aku melihat Minho benar-benar bingung dengan perkataanku. Atau dia memang benar-benar tidak mau membahas masalah ini.
Minho, kenapa kau begitu baik kepadaku yang terlalu childist ini?,,, batinku.
“Ne, aku terlalu memaksakan kehendakku. Aku telah memaksamu melupakan bintangmu. Mianhe” ucapku. Tiba-tiba saja aku merasakan tubuh Minho menarikku ke dalam pelukannya.
“Aniyo, gwenchana, TaeHo”, dia membelai lembut rambutku. “Lebih baik aku kehilangan bintangku daripada aku harus kehilangan cintaku. Aku tidak mau kehilangan dirimu, TaeHo. Aku masih bisa hidup tanpa bintangku, tapi aku sama sekali tidak bisa hidup tanpa cintaku”.
Senyumku mengembang mendengar ucapannya itu. Aku melepaskan pelukan Minho itu.
“Tapi, aku tidak mau melihatmu tanpa bintangmu” ucapku. Dia memegang salah satu pipiku. “Aku akan berusaha menerima waktu yang lama, sampai kau datang kembali memperlihatkan bintangmu itu”.
“Otthoke?”, aku dapat melihat Minho terkejut mendengar ucapanku.
“Ne, aku tidak mau melihatmu tanpa bintang yang indah”.
“Apa kau serius?” tanya Minho. Kali ini aku dapat melihat senyum jail diwajahnya. Aku tau dia sedang menggodaku.
“Ayolah, oppa, aku serius!” ujarku.
“Haha, arraseo, jagi”, dia mengacak-acak rambutku pelan.
CUP
Minho mengecup lembut keningku. Setelah itu, dia menarikku kedalam pelukannya. Aku sandarkan kepalaku didada bidangnya. Minho membelai lembut rambutku.
“Gomawo, jagi. Jeongmal gomawo” bisik Minho yang meski tidak dikupingku tapi aku dapat mendengarnya dengan jelas. “Kau terlalu baik untukku. Aku akan benar-benar memanfaatkan kepercayaanmu ini. Aku tidak akan pernah bermain-main. Aku tidak akan pernah membuatmu kecewa. Aku berjanji kepadamu, jagi. Jebbal”.
Aku membalas pelukannya. Pelukannya sangat hangat. Ya, aku akan melepaskannya. Tapi, tidak selamanya. Aku tidak mau jadi seorang pacar yang childist dan egois. Aku harus percaya kepada Minho, karena dari kepercayaan itulah aku percaya bahwa akan menjadi jalan bagi aku dan Minho agar tetap bersama.
----
Donghae POV
Hah,,,
Entah untuk ke berapa kalinya aku menghela napasku berat, karena dia. Memang tubuhku berada disini, namun jiwaku tidak menyatu dengan tubuhku. Karena dia, dan hanya dia yang bisa membuatku seperti ini. Seorang yeoja yang sangat cantik, yang selalu aku beri kehormatan, yang selalu aku kasihi, dan selalu aku jaga perasaanku untuknya. Sebuah nama yang dimiliki oleh seorang yeoja yang adalah dongsaeng-nya Siwon. Choi Si Gem. Ya, Si Gem memang dongsaeng-nya Si Gem. Dan, memang benar kata cantik, selalu aku beri kehormatan, selalu aku kasihi dan perasaan ini memang hanya untuk Si Gem. Si Gem begitu sempurna dimataku. Kini aku tau, bahwa Si Gem sedang bertempur dengan Gem Hyuk. Bagaimana tidak? Gem Hyuk seenaknya saja datang dan menghancurkan semua takdir yang sudah jelas harus dijalankan. Semuanya hancur, karena ke datangannya. Ingin rasanya aku kabur dari tempat ini dan membantu Si Gem melawan Gem Hyuk. Karena aku tau, bahwa pemenangnya adalah Gem Hyuk. Sebab Si Gem adalah keturunannya Gem Hyuk.
Aku melihat ke sekelilingku. Ramai. Namun, tidak terdengar sama sekali suaraku, meski itu hanya satu kata. Disini hanya ada Heechul, Ryeowook, Eunhyuk dan aku. Kami berempat sedang berada didapur. Seharusnya disini ramai dan bukan hanya ada kami berempat, tapi semuanya sudah sibuk dengan kegiatannya masing-masing, yang aku tau semuanya menyangkut pautkan dengan yang namanya ‘cinta’. Aku hanya duduk santai di kursi sambil memegang minuman kalengku dan Ryeowook sedang memasak. Sementara Heechul dan Eunhyuk, mereka berdua dengan asyiknya mencicipi segala masakan Ryeowook. Padahal masakan yang kini Ryeowook masak itu untuk kita semua.
“Hey, Donghae-ah”, tiba-tiba Eunhyuk sudah duduk disampingku dan membuyarkan segala macam lamunanku.
Aku hanya diam dan menengok ke arahnya. Dia tersenyum lebar ke arahku.
Apa jika ingatannya sudah kembali, dia akan tersenyum seperti ini kepadaku?
Apa dia akan bersahabat denganku?
Apa dia tidak akan memerintahku?
Apa dia tidak akan memarahiku, karena aku melakukan sesuatu kepada putrinya?
Kira-kira kapan ingatannya akan kembali?
,,, batinku.
Ya, memang ingatan Eunhyuk hilang. Dan, itu terjadi bukan karena kecelakaan atau apa, melainkan Gem Hyuk-lah yang membuat ini terjadi. Dengan sengaja dia melakukannya. Entah aku tidak tau bagaimana terjadinya. Hilang ingatan, tentu saja membuatnya tidak ingat bahwa dia adalah seorang pangeran yang sangat dihormati. Dan, juga soal Gem Hyuk yang seorang penyihir yang menjadi putrinya. Ingatan Eunhyuk hilang tidak mengganggu takdir yang telah ditulis, tapi ke datangan Gem Hyuk benar-benar mengganggu. Apalagi dia memiliki rencana, yang aku yakini bahwa rencana itu akan menghancurkan segala takdir yang telah ditulis didinding. Dan, aku memiliki firasat bahwa rencanannya itu adalah untuk mengambil Eunhyuk kembali. Ada rasa senang dihatiku, jika itu memang benar. Karena, aku memiliki peluang agar Si Gem jatuh cinta kepadaku. Aku akan membuatnya memiliki perasaan kepadaku, jika firasatku ini benar.
“Ayo, makan!”, aku menggelengkan kepalaku cepat. Lagi-lagi Eunhyuk menyadarkanku dari lamunanku.
Aku pun mengerjapkan mataku berkali-kali. Terlalu lama melamun membuatku bingung harus berkata apa. Setelah sepenuhnya sadar, aku melihat Eunhyuk melihat ke arahku dengan semangkuk ramen yang sudah dapat aku tebak bahwa Ryeowook baru membuatnya.
“Ayo, makan, Donghae-ah!”, aku tersenyum mendengar ujaran Eunhyuk.
“Hyung, ini ramenmu”, terdengar sebuah suara baby voice yang tentu saja itu adalah Ryeowook.
Aku menoleh ke arahnya. Ternyata, Ryeowook sudah duduk didepanku sambil menyodorkan semangkuk ramen kepadaku.
“Arra”, aku menerima ramen itu.
“Siksa haseyo” ujar kami-aku, Eunhyuk, Ryeowook dan Heechul-serempak yang dilanjutkan dengan melahap ramen kita masing-masing.
----
Raemin POV
TokTokTok
Aku ketuk pintu ini tiga kali. Dan, tidak lama pintu itu terbuka. Tanpa komando bibirku membuat sebuah senyuman, saat melihat siapa yang membuka pintu. Seorang namja bertubuh tegap, otot tangannya yang terlihat akibat dari kaos tanpa lengan yang ia pakai, wajah tampan dan kulit putih itu membuatnya semakin menarik dimataku. Mungkin bukan hanya sekarang, tapi selama-lamanya. Ya, siapa lagi kalau bukan Siwon. Choi Siwon. Seorang namja yang benar-benar membuat hatiku tidak dapat berpaling ke orang lain. Hanya dia yang dapat membuat aku lebih diam dari biasanya, jika melihatnya. Membuatku menjadi salting, jika melihatnya tersenyum hanya untuk diriku sendiri. Hanya dia seorang, tidak ada orang lain. Hanya nama Choi Siwon yang bisa, bukan nama lain.
“Hey, Raemin-ah”, aku sadar dari lamunanku saat mendengar suara Siwon.
Aku pun menjadi salting, karena menyadari bahwa sedaritadi aku melamunan didepan orang yang benar-benar aku suka. Bukan tapi aku cintai.
“Annyeong, oppa”, aku pun menganggukkan kepalaku pelan.
Dia tersenyum ke arahku. Senyumnya yang menawan itu hanya tertuju kepadaku kini, tapi sayang bukan aku yang memilikinya. Ingin rasanya menerima kenyataan bahwa aku adalah orang yang memiliki senyumnya itu. Tapi, itu sangat mustahil. Tidak mungkin terjadi.
“Masuk dulu, yuk!”, dengan sopan dia mempersilahkan aku masuk ke dalam rumah.
Aku pun berjalan membututinya masuk ke dalam rumah. Kami berdua berjalan ke arah dapur. Entahlah, seharusnya aku berada diruang tengah, tapi aku hanya mengikutinya saja.
“Annyeong, Raemin”, ternyata didapur ada sudah ada Ryeowook, Heechul, Donghae dan Eunhyuk. Mereka berempat sedang memakan ramen yang tentu saja buatan Ryeowook. Dan, Ryeowook adalah orang yang menyapaku terlebih dahulu.
“Annyeong, oppadeul”, kini hanya aku yang berdiri sendiri diambang pintu. Sementara Siwon, dia sudah berjalan menuju meja makan untuk bergabung makan dengan yang lainnya.
Aku lihat Ryeowook beranjak dari tempat duduknya. Dia mengambil dua buah mangkuk ramen dan membawanya kembali ke meja makan.
“Ayo, makan, Raemin-ah!” ujar Ryeowook yang sudah duduk kembali dimeja makan dan segera memakan kembali ramennya. “Tapi, tolong panggilkan Leeteuk hyung dulu”.
“Arraseo, oppa”.
Tentu saja sebagai yeoja yang sopan aku menuruti kata-katanya. Aku pun segera berjalan menuju kamar Leeteuk. Dia selalu berada di kamarnya, jika sedang hari libur seperti ini.
Belum sempat aku ketuk pintunya, pintunya sudah terbuka terlebih dahulu. Dan, tentu saja Leeteuk yang membukanya. Leeteuk sedikit kaget melihatku, begitu juga denganku. Tapi, aku lebih dahulu sadar. Aku segera menganggukan kepalaku pelan.
“Oppa, mari makan ramen bersama-sama” ajakku.
“Akh, ne”.
Kami berdua pun berjalan menuju dapur, tepatnya ke meja makan. Tentu saja kami bertujuh memakan ramen dengan berbagai canda tawa. Dan, tentu saja yang lebih banyak mengoceh adalah Heechul. Aku tidak banyak bersuara, karena aku memakan ramenku sambil memperhatikan Siwon. Entah benar atau tidak aku merasakan bahwa kini Siwon sedang dalam masalah. Sebenarnya bukan sekarang saja, tapi sudah dari kemarin-kemarin. Tatapan matanya berbeda dari biasanya. Aku takut dia kenapa-napa. Ingin rasanya aku menanyakan keadaannya. Tapi, apadaya diriku ini, aku sama sekali tidak berani. Lagi pula aku yakin bahwa Siwon hanya menganggapku sebagai dongsaeng-nya saja. Tidak lebih, tapi aku akan selalu mengharapkan lebih.
Selesai makan ramen, tentu saja ada yang harus mencuci piring. Memang ingin aku mengajukan diriku untuk mencuci piring, tapi aku malu. Lagi pula mereka semua sudah mempunyai jadwal mencuci piring sendiri. Dan, ternyata sekarang adalah gilirannya Donghae. Tapi, jangan berpikir bahwa Donghae adalah orang yang mencuci pirings saat ini. Melainkan Siwon-lah yang mencuci piring sekarang. Entahlah tidak biasanya. Biasanya Donghae pasti menyuruh HanGeng, tapi berhubung HanGeng tidak ada dirumah, dia menyuruh orang lain. Tapi, ini tidak biasanya dia menyuruh Siwon dan Siwon menerimanya. Padahal, biasanya Siwon paling malas dengan masalah dapur, tapi kali ini tidak. Dan, perasaanku makin kuat, bahwa Siwon sedang dalam masalah.
Kini aku, Heechul, Ryeowook, Donghae, Eunhyuk dan Leeteuk sudah berada diruang tengah. Heechul, Ryeowook, Donghae dan Eunhyuk, mereka berempat sedang asyik bermain kartu. Sedangkan Leeteuk, dia sedang sibuk dengan laptopnya, yang tentu saja dia sedang mengerjakan tugas kantornya. Sementara aku, aku hanya dapat diam menonton TV atau sesekali melihat Heechul, Ryeowook, Donghae dan Eunhyuk bermain kartu sambil tertawa, karena yang kalah akan dicoret dengan bedak basah. Tapi, pikiranku saat ini tidak sedang berada disini. Pikiranku berada didapur. Tempat dimana Siwon kini berada.
Aku melihat ke arah 5 namja yang berada disini. Mereka sudah sibuk dengan aktifitas mereka sendiri, tidak ada yang mempedulikan aku. Dan, aku pun segera beranjak dari tempatku menuju ke dapur, berusaha agar tidak diketahui 5 namja ini.
----
Author POV
Memang menurut Raemin tidak ada yang menyadari bahwa dia beranjak dari ruang tengah menuju dapur. Tapi, itu salah besar, sebab Donghae menyadari itu. Dan, kini dia tersenyum aneh. Dia terus melihat punggung Raemin yang makin menjauh, hingga dia tidak menyadari bahwa kini giliran dia untuk bermain.
Langkah Raemin kini menuju ke sebuah pintu kaca yang berada didapur yang dapat langsung ke halaman belakang. Apalagi tujuannya kalau bukan untuk menemui Siwon. Siwon memang sudah selesai mencuci piring daritadi. Senyum manis tentu saja terbentuk dibibir Raemin. Ya, apalagi kalau bukan, karena melihat namja yang disukainya itu. Kini Siwon berdiri menyandar dibatang pohon besar, melipat kedua tangannya didepan dada bidangnya, memejamkan kedua matanya dan membiarkan rambut hitam legamnya diterpa oleh angin. Tanpa disadari oleh Raemin tangan kanannya membuka pintu kaca itu dan kedua kakinya itu melangkah mendekati Siwon. Bukan karena reflek atau apa, tapi karena sihir yang dilakukan oleh Donghae yang mengintip mereka berdua-Raemin&Siwon.
Raemin sadar dengan dimana dia kini berada. Tepat disamping Siwon. Wajahnya pun memanas, karena wajah Siwon makin terlihat ganteng, jika dilihat dari posisi dekat ini. Siwon sadar bahwa ada orang didekatnya pun segera berdiri tegap, menurunkan kedua tangannya dan tentu saja membuka kedua matanya.
“Hey, Raemin-ah”.
Raemin pun hanya dapat tersenyum menatap Siwon berusaha menghilangkan rasa gugup yang menyergap dirinya.
“Sejak kapan kamu berada disini?” tanya Siwon.
“Akh, baru saja” jawab Raemin. “Mianhe, aku mengganggu, oppa”.
“Akh, aniyo. Kau sama sekali tidak menggangguku. Tenang saja” elak Siwon. Ya, memang Siwon sama sekali tida merasa terganggu, jika Raemin datang disaat dia patah hati seperti ini.
“Kau mau menemaniku?” tawar Siwon.
“Kalau tidak mengganggu oppa” jawab Raemin yang tentu saja kaget mendengar tawaran Siwon barusan. Tapi, sekaligus senang.
Siwon langsung duduk dibawah pohon, sementara Raemin tetap berdiri tegap. Siwon pun menarik salah satu tangan Raemin, menyuruhnya untuk duduk disampingnya. Raemin pun menurut.
“Ada apa, oppa?” tanya Raemin. Siwon menoleh ke arah Raemin.
“Mianhe, kalau aku lancang”, Raemin menundukan kepalanya. Memainkan jari-jarinya. “Aku merasa oppa sedang ada masalah. Sikap oppa berbeda dari biasanya”.
“Berbeda? Apanya yang berbeda?” tanya Siwon.
“Mollayo”, Raemin mengangkat kedua bahunya dan tetap menundukan kepalanya. “Terlihat jelas dari tatapan oppa. Aku merasa berbeda. Tapi, tidak juga. Pokoknya aku merasa oppa berbeda dari biasanya”.
Terlihat jelas dari semua kalimat yang diucapkan oleh Raemin, bahwa dia salting.
“Haha”, Siwon tertawa renyah.
Tiba-tiba tanpa sihir yang digunakan Donghae sekali pun, Siwon merangkul Raemin. Mendekatkan tubuh Raemin dengan tubuhnya. Dia menaruh dagunya diatas kepala Raemin, dan kini kepala Raemin tepat berada didada bidang Siwon. Raemin pun kaget dan wajahnya benar-benar memerah.
“Kenapa kau bisa merasakan itu?” tanya Siwon lembut. Sangat lembut.
Raemin hanya diam. Dia tau Siwon sedang butuh teman curhat. Dia pun hanya dapat mendengarkan Siwon. Dan, dia pun juga menikmatinya, karena dia dapat menghirup aroma tubuh Siwon dari dekat dan merasakan dada bidang Siwon.
“Kau benar. Aku memang sedang dalam masalah. Masalah yang sulit untuk aku pecahkan. Masalah yang membuat hatiku hancur. Membuat aku menjadi aneh” ucap Siwon. Lalu, Siwon menjauhkan tubuh Raemin. Raemin sedikit kecewa, namun dia sadar dengan statusnya. Dia pun hanya dapat menerimanya saja dengan lapang dada.
“Tapi, tidak ada yang menyadari itu. Hanya kau dan seorang yeoja lainnya” ucap Siwon sambil menyingkirkan beberapa helai rambut Raemin yang menghalangi wajah cantiknya.
Wajah Raemin memerah. “Apa masalah, oppa?”.
Salah satu tangan Siwon kini berada tepat dikepala Raemin. “Aku akan menceritakannya ¸jika aku sudah sanggup. Kini aku belum sanggup. Namun, aku janji, kau yang akan aku ceritakan pertama kali. Dan, hanya kau yang akan aku beritahu. It’s my promise”.
“Aku pegang janji, oppa”, tanpa sadar Raemin mengucapkan kalimat itu yang membuat senyum manis dibibir Siwon.
“Arra”.
Donghae yang melihat pemandangan itu hanya dapat tersenyum manis. Ya, meski dia sama sekali tidak mendengar percakapan mereka berdua, karena jarak yang cukup jauh. Namun, dia tau bahwa sebentar lagi Siwon akan menyadari ada orang yang lebih mencintainya dengan tulus. Dan, Siwon akan sadar dengan perasaannya yang sebenarnya kepada Raemin. Sebentar lagi.
----
Yesung POV
Hah,,,
Kembali aku menghela napasku berat. Entah untuk ke berapa kalinya. Kini aku berdiri menyandar di pintu mobilku. Mobil berwarna hitam yang aku sayang. Mobil yang selalu aku pakai untuk balapan. Dimana aku selalu mendapatkan uang, jika melakukan hal itu. Ya, balapan sudah menjadi hobi dan pekerjaanku. Dan, kini balapan juga yang membuat hubunganku dengan HaKyu berantakan.
“Yesung-sshi, sebentar lagi” ujar Jonghyun, lawan balapku kali ini.
Aku mengangkat wajahku, melihatnya. Kini dia berdiri dihadapanku sambil menunjuk-nunjuk jam tangannya. Aku hanya dapat tersenyum sipul sambil mengangguk pelan. Tatapanku benar-benar sayu. Melihatnya yang kini berjalan menjauhiku.
Aku melirik ke arah jam tangan yang aku pakai. Lima belas menit lagi tepat jam 3 sore. Waktu dimana aku dan Jonghyun akan melakukan balapan. Balapan dimana hadiahnya sangat aku inginkan.
Sepuluh menit sudah berlalu, kini hanya menunggu lima menit lagi. Balapan ini akan segera dimulai. Aku melihat ke arah mobil yang berada tepat disamping mobilku. Mobil Jonghyun. Dia dengan tenang menunggu waktu tiba sambil memainkan iPhone-nya. Sementara aku, aku gelisah. Aku sadar dengan ancaman yang harus aku lewati. Bertanding dengan Jonghyun hampir sama dengan kita melawan sang pencabut nyawa. Waktu tinggal 3 menit lagi, aku melihat ke sekelilingku. Dia tidak datang, dan tidak akan pernah datang. Ya, aku memang mengharapkan ke datangannya. Ke datangan belahan jiwaku. Ke datangan kekasihku tercinta. Lee Ha Kyu. Lama sudah aku menunggu, aku pun segera berjalan menuju pintu mobilku.
KLEK
“Yesung oppa”.
Bersamaan dengan aku membuka pintu mobil ini, aku mendengar sebuah teriakan yang aku tunggu-tunggu. Aku pun segera menghadap ke sumber teriakan. Terlihat orang yang aku tunggu-tunggu, dia sudah berdiri dihadapanku dengan nafas yang benar-benar memburu. Rambutnya yang terurai bebas sedikit berantakan. Aku pun merapihkan rambutnya dengan salah satu tanganku.
“Oppa, aku mohon!”, wajahnya benar-benar memohon. Kedua matanya yang indah benar-benar membuat hatiku tidak tega. Tapi, percuma saja aku tetap dengan pendirianku.
“Mianhe, jagiya” ucapku penuh salah.
“Tap…”.
Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya aku langsung mencium bibirnya. Lama.
TIN…TIN…
Aku mendengar klakson yang dibunyikan oleh Jonghyun. Aku pun melepaskan ciumanku ini. Aku menatapnya dalam-dalam.
“Tunggulah disini. Lihatlah hasilnya nanti. Aku akan memberikanmu hadiah yang kau mau. It’s my promise” jelasku dan langsung masuk ke dalam mobil.
Tanpa membiarkan waktu kepada HaKyu untuk berkata sepatah kata pun, pertandingan ini dimulai.
----
Giy Yun POV
Aku berjalan seirama dengan langkah TaeSi. Tidak ada yang bersuara diantara kita berdua. Kami berdua mendengarkan music dari earphone kita masing-masing dan dengan kedua tangan yang membawa barang bawaan kami. Ya, kami habis berbelanja, sebenarnya sih tidak terlalu banyak. Hanya snack-snack saja. Ini pun juga bukan hanya untuk kami saja, ada untuk oppadeul. Inilah rutinitas kami. Seharusnya kami membawa mobil, tapi apa boleh buat mobilnya dibawa oleh HaKyu, TaeHo dan NanHae. Memang malang nasib kita berdua. Kami berjalan melewati taman yang dekat dengan cafe yang biasa aku datangi bersama dengan Kyuhyun. Mengingat-ingat Kyuhyun selalu membuatku tersenyum tidak jelas. Saat melewati taman, aku melihat seseorang sedang berusaha untuk berdiri. Wajahnya babak belur. Aku tidak merasa asing dengan wajahnya. Aku pun segera menarik tangan TaeSi untuk mendekatinya. TaeSi kaget, namun tetap mengikuti.
“Mianhe”, aku memanggilnya.
Orang itu mengangkat wajahnya. Aku benar-benar kaget melihat wajahnya. Tanpa sengaja aku menjatuhkan barang belanjaanku.
“Kibum oppa? Waeyo? Gwenchanayo?”, aku benar-benar khawatir.
Kibum, orang yang benar-benar sudah aku anggap sebagai oppa-ku sendiri kini babak belur. Darah terus mengalir deras dari hidungnya. Sudur bibirnya pun juga terdapat darah yang sudah mengering. Pipinya pun berwarna ungu.
“TaeSi cepat berhentikan mobil” suruhku.
TaeSi yang tidak tau apa-apa pun hanya dapat menurut. Sementara menunggu TaeSi, aku pun berusaha menolong Kibum yang berusaha menghentikan darahnya yang masih saja mengalir.
“Ada apa, Giy Yun?”, aku mendengar suara NanHae.
Aku pun menengok. Ternyata benar NanHae, dialah orang yang mobilnya diberhentikan oleh TaeSi. Untunglah. Tapi, tiba-tiba wajah NanHae langsung berubah.
“Bummie oppa”, dia langsung berteriak tidak jelas.
Kini dialah yang membersihkan darah Kibum. Aku pun juga tidak mau tinggal diam, aku turut membantu. Sementara TaeSi, dia hanya dapat diam melihat kami bertiga.
“Cepat bawa ke mobil” ujar NanHae.
Aku dan TaeSi pun memapah Kibum masuk ke dalam mobil sedan putih itu. Mobil ini melaju cepat ke rumah Kyuhyun dan teman-temannya, karena rumah merekalah yang lebih dekat dari sini. Sementara rumah kami, jangan ditanya. Sangat jauh.
----
Author POV
“Cepat-cepat”, NanHae benar-benar khawatir.
Sesampainya dirumah itu, semuanya turun dari mobil. Giy Yun dan NanHae memapah Kibum masuk ke dalam rumah. Karena, sepertinya kakinya sedikit keseleo. Mereka berdua benar-benar khawatir dengan keadaan Kibum. Sementara TaeSi hanya dapat mengikuti, dialah yang membawa semua belanjaan sendirian.
“Hey, ada apa ini?” tanya Leeteuk yang sepertinya sedikit protes melihat ke datangan mereka tiba-tiba tanpa salam ke ruang tengah. Dan, kini telah menyuruh Kibum duduk disampingnya.
“Hey, nuguseyo?”, permainan Donghae, Eunhyuk, Ryeowook dan Heechul pun berhenti. Mereka berempat ditambah dengan Leeteuk pun bertanya-tanya siapa namja yang berwajah babak belur ini.
“Oppa, aku akan menceritakannya nanti. Tapi, tolong sekarang ambilkan air dan handuk basah, betadine juga ya” ucap NanHae.
Yang bergerak menuruti ucapan NanHae adalah Leeteuk, ya biasanya itu Ryeowook. Namun, kini Ryeowook berdiri disamping TaeSi dan membantunya membawa belanjaan dan meminta penjelasan siapa namja itu. Dan, ya TaeSi pun menceritakan sesuai dengan yang dia tau.
“Oppa, kenapa oppa bisa seperti ini?” tanya NanHae yang benar-benar khawatir.
“Siapa yang berani bikin oppa seperti ini?” tanya Giy Yun yang tidak kalah khawatirnya.
“Ceritakanlah kepada kami” ucap Giy Yun lagi.
“Ne, beritahu siapa orangnya, nanti akan aku suruh Sungmin oppa, HanGeng oppa dan Siwon oppa untuk menghajarnya” tambah NanHae. “Ne”.
Kini mereka berdua benar-benar memberikan Kibum berbagai macam pertanyaan tanpa memberi waktu kepada Kibum untuk menjawab. Mereka berdua bertanya sambil mengobati luka-luka Kibum. Sementara Eunhyuk, Donghae, Leeteuk, Heechul, TaeSi dan Ryeowook, mereka berenam hanya dapat diam berdiri melihat drama yang dimainkan secara asli oleh teman-teman mereka itu.
“Hey, ada apa ini?”, tiba-tiba Siwon yang datang bersama dengan Raemin.
Semua mata pun menuju ke arah mereka berdua, tidak terkecuali Kibum, NanHae dan GiyYun. Siwon dan Raemin yang bingung, karena tiba-tiba suasana menjadi diam. Mereka berdua melihat ke sekitar mereka. Serentak mereka berdua kaget melihat Kibum yang babak belur seperti itu. Dan, mereka pun langsung berlari ke arah Kibum.
“Kibum oppa, gwencahanayo? Waeyo?”, kini Raemin sama khawatirnya dengan NanHae dan Giy Yun.
“Kibummie, waeyo? Kenapa kau bisa seperti ini, hah?”, Siwon pun tidak kalah khawatirnya. Sementara Kibum, dia hanya dapat tersenyum melihat keempat orang yang dia kenal kini khawatir dengan keadaannya.
“Hey-hey, apa-apaan ini. Aku benar-benar bingung ada apa yang terjadi disini. Jangan mendiamkan kita begitu saja. Tolong ceritakan kepada kita. Siapa dia”.
Kini sang ‘Queen Of Evil’-lah yang berbicara. Dan, tentu saja NanHae, Giy Yun, Raemin dan Siwon wajib menjawabnya, jika tidak mau kena omelan lebih lanjut dari Heechul.
“Namanya Kim KiBum, oppa. Dia oppa dari muridku, Kim Sunri” jawab Raemin.
“Mwo? Jadi kau kenal dengan Sunri?”, NanHae kaget mendengar jawaban Raemin. Dia tidak menyangka bahwa Raemin juga kenal dengan Sunri. “Oppa, kau jahat sekali. Katanya mau memperkenalkan Sunri-ah kepada aku, tapi kini malah dongsaeng-ku yang mengenalnya. Kau benar-benar jahat”.
NanHae mengomel-ngomel kepada Kibum yang hanya ditanggapi dengan tawa ringan Kibum.
“Sudahlah kalau mau bertanya nanti saja, kalian lebih baik jelaskan dulu kalian kenal namja ini darimana?” usul Leeteuk. Yang mendapat anggukan dari Eunhyuk, Donghae, Ryeowook, TaeSi dan Heechul.
“Kibum oppa adalah teman main gameku. Dialah yang menjadi couple-ku di char baruku” jawab Giy Yun. Donghae yang mendengar jawaban dari Giy Yun pun tersenyum aneh.
“Kibum oppa adalah keluargaku di Amerika. Dialah yang menampungku selama di Amerika. Aku dan dia tinggal di hotel yang sama. Namun, berbeda kamar. Karena, sama-sama dari Korea Selatan, tentu saja kami menjadi dekat”, kali ini NanHae-lah yang menjawab.
“Lalu, bagaimana denganmu, Siwonnie?” tanya Heechul saat semuanya langsung diam, menunggu jawaban Siwon.
“Sama seperti NanHae. Saat aku berada di China, selain bertemu dengan HanGeng hyung, aku juga dengan Bummie. Dan, aku satu hotel dengan Bummie. Oleh sebab itu aku lebih dekat dengan Bummie, daripada dengan HanGeng hyung” jelas Siwon sambil menengok ke arah Kibum dan Heechul secara bergantian.
“Jadi begitu. Lalu, bagaimana keadaanmu, Kibum? Kau babak belur seperti itu” tanya Leeteuk yang melihat ke arah Kibum.
“Gwenchanayo. Namanya juga seorang namja, wajar kalau seperti ini” jawab Kibum santai yang justru membuat yang mendengarnya makin cemas.
“Hey, ada apa ini?”.
Tiba-tiba suara itu terdengar mendekat ke arah ruang tengah. Dua orang namja berjalan berdampingan masuk ke ruang tegah. Semua mata pun tertuju kepada mereka. Dua orang namja yang menjadi pasangan roommate paling aneh, akur dan perhatian ini siapa lagi kalau bukan Sungmin dan Kyuhyun. Sungmin dan Kyuhyun benar-benar tidak dapat menyembunyikan rasa kagetnya saat melihat NanHae dan Giy Yun duduk mengapit Kibum yang babak belur akibat mereka berdua.
“Kibum”, bibir mereka berdua mengucapkan nama itu tanpa sepatah kata pun.
Sementara yang lainnya (kec. Kibum dan Donghae), merasa bingung dengan dandanan Kyuhyun dan Sungmin yang seperti menutupi identitas mereka. Lalu, Kibum, dia hanya dapat tersenyum licik melihat ke arah Kyuhyun dan Sungmin yang benar-benar kaget melihat dirinya. Donghae, dia yang memang sudah tau ini akan terjadi pun hanya dapat tersenyum licik seperti Kibum. Namun, tidak selicik Kibum.
“Oppa”, NanHae dan Giy Yun menganggukan kepalanya pelan saat tatapan mereka berdua bertemu dengan tatapan Sungmin dan Kyuhyun.
“Dia…”, Sungmin yang lebih cepat sadar dengan keadaan pun berpura-pura tidak mengenal Kibum. Sementara Kyuhyun, ia menggelengkan kepalanya cepat.
“Dia ini Kibum oppa, teman main gameku. Dialah yang menjadi couple-ku di chart baruku”, Giy Yun ketakutan menjelaskan semuanya yang tentu saja bukan untuk menjawab pertanyaan Sungmin, tapi untuk memberitahu Kyuhyun.
Kyuhyun hanya dapat tersenyum hambar mendengarnya. Sementara Sungmin, ia menunggu-nunggu penjelasan dari NanHae. Tapi, NanHae sama sekali tidak mengerti. Dia hanya tersenyum melihat Sungmin, karena setelah dia pulang kembali ke Korea dia belum pernah melihat Sungmin. Padahal, dia sangat ingin melihat Sungmin.
“Aw”.
Tiba-tiba Kibum berteriak, semuanya pun melihat ke arahnya. Ternyata, tanpa sengaja Kibum memegang luka lembabnya. Dan, sebenarnya itu bukan tidak disengaja, melainkan disengaja. Ya, Kibum tidak suka suasana diam seperti ini. Dan, dia pun juga ingin melanjutkan permainan yang dia buat.
“Oppa, lebih baik kita obati dulu luka-lukamu itu ditempat lain” ujar NanHae yang berdiri dari tempat duduknya. Menarik salah satu tangan Kibum. Giy Yun pun juga begitu.
Mereka bertiga pun berjalan keluar dari ruang tengah. Semuanya pun melihat ke arahnya. Tidak lama mereka bertiga masuk ke dalam dapur, Donghae, TaeSi dan Ryeowook berjalan menyusuli mereka bertiga.
----
Donghae POV
“Biar kami saja yang mengobati Kibum” ucap TaeSi menghentikan langkah NanHae, GiyYun dan Kibum.
GiyYun, NanHae dan Kibum hanya diam melihat ke arah kita bertiga yang menghentikan langkah mereka.
“Sepertinya aku melihat Kyuhyun-sshi dan Sungmin-sshi ingin berbicara denga kalian berdua. Lebih baik cepat datangi mereka berdua, GiyYun, NanHae”.
Belum sempat aku berbicara, Kibum sudah buka suara. Dia menengok ke arah NanHae dan GiyYun secara bergantian. Aku mengeryitkan jidatku, nampaknya dia mengerti dengan keadaan sekarang. Dan, sepertinya dia menyembunyikan sesuatu. Dan, jangan salahkan aku, jika aku semakin yakin bahwa Kyuhyun dan Sungmin ada hubungannya dengan luka-luka Kibum ini.
“Arraseo”.
Nampaknya GiyYun dan NanHae benar-benar menyayangi dan patuh terhadap Kibum. Mereka segera berjalan memasuki ruang tengah kembali. Aku tau apa yang mereka lakukan. Dan, aku tidak mau memikirkannya, biarkanlah waktu terus berjalan.
Aku, TaeSi dan Ryeowook pun segera berjalan menuntun Kibum masuk ke dalam dapur. Dan, tentu saja kami bertiga mengobati Kibum.
----
Kyuhyun POV
GiyYun memanggilku dan membawaku ke teras rumah. Jujur saja aku merasa sedikit takut sekarang. Aku takut ketahuan bahwa aku adalah pelaku dari aksi pemukulan Kibum. Dan, aku pun juga mencemaskan Sungmin, karena aku lihat dia juga dipanggil oleh NanHae dan mereka berdua berjalan menuju taman belakang.
Aku berdiri menyandar di dinding, sementara dia hanya berdiri didepanku menundukan kepalanya. Perasaan tidak enak terus menyergap tubuhku. Pikiran negative pun juga begitu. Aku benar-benar berharap agar pikiran negative ini hanya sebatas pikiran, tidak akan pernah terjadi.
Apa Kibum sudah mengetahui yang sebenarnya?
Itu mungkin saja.
Apa Kibum sudah memberitahu yang sebenarnya kepada GiyYun?
Aku harap belum, dan tidak akan pernah ia beritahu.
Sungguh aku tidak mau, jika aku harus putus dengannya.
Sungguh aku tidak mau itu terjadi, aku benar-benar membutuhkannya.
Aku benar-benar mencintainya, hanya dia yang aku cintai.
Hanya dia seorang, tidak ada yang lain.
Perasaan ini tidak akan pernah terbagi.
Seutuhnya perasaan ini hanya untuk, Lee Giy Yun.
,,,batinku dengan perasaan cemas yang melanda diriku.
“Kyuhyun oppa…”, dia mengangkat wajahnya menatapku. Aku usahakan diriku ini untuk tersenyum dan tidak membuat Giy Yun curiga.
Giy Yun tidak melanjutkan kalimatnya. Dia menutup mulutnya rapat-rapat dan membuang wajahnya dariku. Jujur saja jantung ini benar-benar berdebar-debar, napas ini tidak beraturan dan sedikit keringat langsung membasahi diriku.
Sekitar 5 menit kemudian, Giy Yun menatapku kembali. Dia menarik napasnya dalam-dalam. Dia membuka mulutnya.
“Lee Giy Yun, sarangheyo”.
Entahlah aku tidak tau harus berbuat apa lagi, aku langsung mengucapkan kalimat itu dan menarik tubuh Giy Yun ke dalam pelukanku. Aku merasakan tubuhnya menegang saat menerima sikapku yang tiba-tiba ini. Aku hanya dapat tersenyum kecut dan lebih mempererat pelukanku.
“Lee Giy Yun, sungguh hanya kau yang berada didalam hatiku. Aku sama sekali tidak bisa, jika tidak ada dirimu. Hanya kau seorang yang dapat membuatku semangat untuk bernapas. Hanya dirimu yang bisa memberikanku oksigen. Sungguh, aku benar-benar mencintaimu. Saranghamnida, Lee Giy Yun” ucapku panjang lebar tepat di salah satu kupingnya.
Aku merasakan Giy Yun membalas pelukanku. Dia membenamkan kepalanya didadaku. Aku merasakan dadaku memanas. Apa dia menangis?
“Nadoo, oppa” ucapnya pelan.
Aku benar-benar senang mendengar ucapannya yang lembut itu. Sungguh.
“Mianhe, jeongmal mianhe, oppa”, dia kembali bersuara dan kini aku kaget dan tidak mengerti dengan ucapannya.
“Aku hanya mencintaimu, Kibum oppa hanya sebatas oppa-ku saja. Tidak lebih. Aku berpacaran dengannya di dunia maya, bukan berarti aku mencintainya. Cinta ini hanya untuk oppa seorang. Tidak terbagi sama sekali. Sungguh, ini tidak bohong, oppa”.
Aku tersenyum lembut mendengar penjelasannya itu. Aku sekarang mengerti dengan jelas suasana yang kini kami berdua rasakan. Kami berdua sama-sama menyangka bahwa salah satu dari kami akan meminta putus, dan itu tidak terjadi. Aku benar-benar senang. Aku tidak akan pernah menyia-nyiakan Giy Yun. Tidak akan pernah.
----
NanHae POV
Kini aku dan Sungmin berada ditaman belakang. Kami berdua berdiri dibawah pohon yang besar. Sungmin menyandarkan tubuhnya dibatang itu, dia melipat kedua tangannya didepan dadanya. Jujur aku tidak tau harus berbuat apa. Aku sama sekali tidak tau.
“NanHae”, aku mendengar suara lembutnya memanggilku.
Aku hanya menurut. Aku angkat kepalaku yang aku tundukan. Sungmin melihat ke arahku. Dia menatapku tajam.
“Kibum, siapa dia?” tanya Sungmin.
Jangan terbang dulu, Lee NanHae.
Sungmin oppa bertanya seperti itu hanya ingin tau saja, bukan cemburu kepadamu.
Sungmin oppa tidak mungkin cemburu kepadamu.
Aku tidak pantas untuk membuat oppa cemburu.
Sama sekali tidak pantas
,,, batinku. Aku tersenyum kecut. Aku menepis segala hal yang aku tau akan membuatku senang. Lebih baik aku tidak senang sama sekali, dari pada nantinya harus terjatuh. Dan, aku tau itu akan jauh lebih sakit.
“Kibum oppa adalah keluargaku di Amerika. Dialah yang menampungku selama di Amerika. Aku dan dia tinggal di hotel yang sama. Karena, sama-sama dari Korea Selatan, tentu saja kami menjadi dekat” jawabku.
Aku melihat Sungmin menatapku lebih tajam dari yang tadi. Dan, jujur saja itu membuatku sedikit takut.
“Ekh, tapi aku dan Kibum oppa berbeda kamar”, tiba-tiba kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutku.
Sungmin tersenyum manis mendengar ucapanku barusan. Aku pun membelalakan kedua mataku. Aku tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan barusan. Aku membuang wajahku dari tatapan Sungmin. Aku menggerutu sendiri dalam hati.
Akh, kau babo, Lee NanHae
Kenapa kau mengucapkan kalimat itu, hah?
Kau itu benar-benar tidak tau malu
Mana mungkin Sungmin oppa mencintaimu
,,, batinku dengan mataku yang memanas.
“Lee NanHae, tatap aku!”.
Tiba-tiba aku mendengar Sungmin kembali bersuara. Dan, entahlah aku mendengar suaranya kini lebih dekat denganku. Aku pun menarik napasku dan menengok ke arah Sungmin. Kaget, tentu saja. Kini Sungmin sedang berlutut didepanku bagaikan seorang pangeran yang akan melamar putrinya. Aku benar-benar tidak enak, jika dia seperti itu. Aku tidak mau terbang, lalu jatuh.
Sungmin menarik tangan kananku. Dia menggenggam tanganku lembut dan kuat. Seakan tidak ingin melepaskannya sama sekali. Dalam hati aku berdoa terus berdoa agar Sungmin segera berhenti bertingkah seperti ini dan bangun. Aku tidak mau, tidak mau terbang dan jatuh. Aku tidak mau nantinya harus merasakan sakit yang amat.
CUP
Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang Sungmin lakukan. Dia mencium punggung tangan kananku lembut. Benar-benar lembut. Setelah itu, Sungmin mengangkat kepalanya dan menatapku lembut.
“Sarangheyo, NanHae. Saranghamnida, Lee NanHae”.
Aku membelalakan kedua mataku saat mendengar apa yang dia ucapkan. Aku tidak percaya. Benar-benar tidak percaya. Mana mungkin seorang Lee Sungmin mencintaiku. Itu tidak mungkin.
“Oppa, please, jangan bercanda. Aku tidak mau sekarang terbang, karena apa yang oppa ucapkan. Tapi, nantinya jatuh, oppa. Itu akan terasa sangat sakit, oppa. Aku mohon”, dengan sedikit rasa takut aku mengungkapkan semuanya.
Sungmin menggelengkan kepalanya pelan. “Aku tidak bercanda sama sekali, NanHae. Aku benar-benar mencintaimu. Dari dulu aku menyimpan rasa ini rapat-rapat, karena aku pikir aku tidak pantas untukumu. Namun, kini aku sadar pantas tidak pantas kau menjadi milikku itu tidak usah aku pikirkan. Jika terus aku pikirkan, aku akan terus merasakan sakit. Oleh sebab itu, sekarang, hari ini, jam ini, menit ini, detik ini juga, aku ingin kau tau bahwa aku benar-benar mencintaimu, Lee NanHae”.
Aku benar-benar tidak percaya. Benar-benar tidak percaya.
“Jinja?”.
Sungmin mengangguk mantap. Dan, itu membuat aku tersenyum manis. “Nadoo, oppa”.
Tiba-tiba Sungmin menarikku ke dalam pelukannya. Aku merasakan tubuhku sedikit menegang. Namun, aku langsung mengendalikan diriku. Dan, segera membalas pelukan Sungmin.
----
HanGeng POV
BUGH
Heechul menonjokku kuat-kuat dan membuatku tersungkur dilantai.
“Heechul-ah”, Leeteuk langsung menarik Heechul menjauh dariku bersama dengan Siwon.
Donghae dan Ryeowook mendekatiku. Mereka berdua membantuku berdiri.
“Kendalikan emosimu, hyung”, Sungmin menghalangi Heechul yang hampir berjalan mendekatiku.
“Kau itu apa-apaan, HanGeng, hah? Kau sudah tau bahwa TaeChul itu sama sekali tidak kuat dingin, tapi kau membiarkan dia hujan-hujanan. Kau ini benar-benar ya…” bentak Heechul yang hampir lolos dari Siwon, Leeteuk dan Sungmin. Namun, tetap gagal karena Kyuhyun ikut membantu.
“Apa-apan kalian ini, hah?” bentak Heechul yang aku tau emosinya sudah tidak terkendali.
“Kalian semua tau kalau HanGeng adalah orang yang salah, tapi kalian masih melindungi HanGeng, cih”, kali ini Heechul mendorong tubuh Leeteuk, Sungmin, Kyuhyun dan Siwon satu persatu.
BRUK
Heechul memojokan Leeteuk hingga punggung Leeteuk menabrak keras dinding. Dia menjepit Leeteuk.
“OPPA”, semua perempuan yang ada disini tidak bisa melakukan apa-apa. Kita semua tau bagaimana sifat Heechul.
“Hey, Leeteuk hyung, kau harusnya membelaku. Kau juga mempunyai seorang dongsaeng tentu saja kau tidak maukan, jika ini terjadi kepada Ji Sun. Iya,kan?”, Heechul benar-benar membentak Leeteuk.
Leeteuk hanya diam menatap Heechul yang sudah tidak terkontrol.
“Oppa”.
BUGH
Kami semua sudah ketakutan saat melihat Heechul melayangkan tonjokannya. Namun, Heechul tidak menonjok Leeteuk. Tonjokannya menuju dinding yang membuat tangan kanannya berdarah.
“Heechul-ah”, aku berjalan menuju Heechul yang sudah menjauh dari Leeteuk.
Heechul menepis tanganku dengan kasar saat tanganku ingin memegang tangan kanannya itu yang mengeluarkan darah segar. Heechul menatapku tajam. Kini kami berdiri berhadapan.
“Heechul-ah, kendalikan emosimu. Masalah tidak akan pernah selesai, jika emosi meledak-ledak” ceramah Leeteuk.
“Dinginkan kepalamu, hyung”, kali ini adalah suara Sungmin.
Heechul mengangkat tangan kanannya. “Shut Up”.
Berhasil, semuanya telah membungkam mulutnya rapat-rapat. Kini tatapan Heechul benar-benar tajam. Dia menujuk ke arahku dengan jari telunjuk kanannya.
“Kau sebenarnya ada apa dengan TaeChul, hah?” ujar Heechul meski tidak membentak tapi nadanya tajam.
Aku menggigit lidahku. Membuat diriku agar tidak jujur kepada Heechul atau mungkin diam saja cukup.
“Heechul, kau apa-apaan sih. Kau taukan HanGeng tidak mungkin berpacaran dengan TaeChul” ujar Leeteuk.
“Aku bertanya kepada dia, hyung”, Heechul melirik tajam Leeteuk. Dan, langsung kembali menatapku tajam.
“Jujur padaku, ada hubungan apa kau dengan TaeChul?” tanya Heechul tetap dengan nada tajamnya.
KLEK
Pintu kamar Heechul terbuka dan itu aku anggap sebagai jalan dari surga. Aku selamat dari Heechul. Aku tidak perlu berbohong kepadanya. Seorang dokter bersama dengan TaeSi keluar dari kamar Heechul. Ryeowook mengantarkan dokter itu keluar. Semetara TaeSi, dia langsung kami kerubungi. Kecuali Heechul. Dia langsung menerobos masuk melihat keadaan TaeChul.
“Bagaimana keadaan TaeChul?” tanyaku terlebih dahulu. Wajar kalau aku khawatir dengan keadaan TaeChul, dia adalah yeojachingu-ku.
“Eonnie tidak apa-apa, anemianya kambuh dan kondisi fisik eonnie juga sedang tidak baik. Jadi, eonnie pingsan, karena kondisi fisiknya makin lemah. Hanya butuh beberapa hari istirahat juga eonnie akan sembuh” jelas TaeSi yang sedikit melegakan hatiku.
“Lebih baik kau jangan masuk dulu”, Leeteuk menghalangku untuk masuk ke dalam. Aku melihat ke arahnya.
“Kami semua tau, hyung. Hyung dan TaeChul adalah rekan kerja yang sportif dan saling care, tapi kau lihat keadaan Heechul hyung barusan. Lebih baik hyung nanti saja melihat TaeChul-nya” jelas Donghae bijak.
“Oppa lebih baik kita obati dulu lukamu ya” ujar NanHae yang berjalan mendekatiku.
“Gwenchanayo, aku bisa sendiri” tolakku lembut sambil berjalan menjauh dari kamar Heechul menuju kamarku.
----
HaKyu POV
Aku benar-benar sudah gila. Hari sudah malam, namun mobil Yesung ataupun Jonghyun belum terlihat sama sekali. Aku benar-benar gila dengan rasa takutku ini. Aku takut Yesung kenapa-napa. Aku takut Yesung berbuat curang yang akan membuat Yesung celaka. Sungguh aku tidak kuat. Aku takut.
Tiba-tiba sebuah mobil terlihat dan mendekati tempatku dengan cepat. Aku lebih focus dan hasilnya adalah itu bukan mobil Yesung melainkan mobil Jonghyun. Sosok Jonghyun keluar, dia tidak menengok ke arahku sama sekali. Dia langsung berjalan masuk ke dalam rumahnya.
Mataku benar-benar memanas saat tidak mendapatkan kehadiran Yesung. Aku terjatuh duduk menutupi wajahku yang sudah berhiaskan airmata. Suara mobil Yesung yang tidak terdengar sama sekali. Belum lagi mobil Jonghyun yang terlihat rusak. Aku benar-benar sudah dikuasi oleh berbagai pikiran negative.
Entah sudah berapa lama aku menangis dalam posisi seperti ini. Dan, bukan hanya aku yang menangis. Langit dengan setia menemaniku. Aku biarkan tubuhku terbasahi oleh airmata langit. Aku biarkan tubuhku yang nantinya akan sakit. Aku tidak peduli dengan tubuhku, karena kini hatiku telah lebih sakit.
Namun, tiba-tiba aku merasakan hujan sudah tidak mengguyur tubuhku lagi. Padahal, aku mendengar hujan masih sangat deras. Aku berhenti menangis dan membuka telapak tanganku yang menutupi wajahku. Aku angkat wajahku. Mataku benar-benar panas. Aku langsung bangun dari tempat dudukku dan memeluk seseorang yang kini tengah memayungiku. Seseorang yang akan selalu aku cintai. Yesung. Dia masih hidup.
“Oppa, kau…”, aku menangis. Menangis sepuasku didalam pelukannya.
Dia membalas pelukanku dengan satu tangannya, sementara satu tangannya lagi memayungi tubuh kita berdua.
“Haha, kau pikir aku mati apa? Aku tidak mungkin mati dalam pertandingan kecil seperti ini, HaKyu” ucap Yesung santai.
PLOK.PLOK.PLOK.
Tepuk tangan yang sangat keras terdengar dikuping kami berdua. Membuat pelukan ini terlepas. Jonghyun, dia berjalan mendekati kami berdua dengan asistennya yang sibuk memayunginya.
“HaKyu, apa kau pikir namjachingu-mu ini mati? Dia sangat tangguh. Dan, aku akui kekalahanku Yesung-sshi. Chukkae” ucap Jonghyun yang lalu pergi meninggalkan aku yang masih bingung sendiri.
Sementara Yesung, ia tidak mau menjelaskannya kepadaku. Dia hanya cengegesan saja.
----Bagaimana?
Bagus, Jelek?
Tunggu part selanjutnya ya!